Namaku Tini, usia 49 tahun, saat ini aku tinggal di kota Cirebon. Tetangga kiri kananku mengenalku dengan sebutan bu Haji. Ya, di blok komplek rumahku ini, hanya aku dan suami yang sudah naik Haji. Suamiku sudah pensiun dari Departemen Luar Negeri. Kini ia aktif berkegiatan di masjid Al Baroq dekat rumah. Aku pun aktif sebagai ketua pengajian di komplek rumahku ini. Tetangga kami melihat keluargaku adalah keluarga
Selasa, 23 Agustus 2011
Diana Kakak-ku (3)
Baru saja aku menyerahkan lamaran pekerjaanku, aku dikejuti oleh suara HP. Kak Diana.
"Bagaimana lamaranmu, Yok?"
"Sudah aku berikan, Kak. Lusa aku wawancara."
"Cepat ke kantorku dong."
"Bagaimana lamaranmu, Yok?"
"Sudah aku berikan, Kak. Lusa aku wawancara."
"Cepat ke kantorku dong."
Diana Kakak-ku (2)
Malam itu, kami makan bukan di meja makan. Tapi di teras belakang rumah. Teras sudah ditata dengan baik oleh Diana. Sop Tom Yam masakannya membuat selera makanku menjadi enak. Kak Diana menambahinasiku dan kami makan sembari bercerita banyak hal.
"Kamu juga harus nambah dong Dai.." kataku. Dia tersenyum.
"Kamu juga harus nambah dong Dai.." kataku. Dia tersenyum.
Diana Kakak-ku (1)
Aku memasuki rumah Kak Diana. Dia baru sajabercerai dengan suaminya yang ketahuan selingkuh. Tertangkap basah, ketika kakakku ikut penataran di sebuah hotel. Tanpa sengaja, ketika sama-sama membuka pintu, Kak Diana melihat dengan jelas, dengan jarah tak sampai dua meter, pintu depan kamarnya, dibuka dan keluarlah Suaminya dengan seorang perempuan. Langsung Kak Diana menjerit dan teman2nya
Senin, 22 Agustus 2011
Anak Kandungku
Bu Supiyah sangat heran melihat putra tunggalnya, Amir yang setiap malam minggu tak pernah keluar rumah. Justru selalu saja bermanja dengan dirinya. Padahal usianya sudah 24 tahun dan sudah diwisuda jadi sarjana teknis mesin di sebuah institut besar. Amir anak yang cerdas.
"Kamu kenapa tak keluar malam mingguan seperti teman-temanmu, Mir," tanya Supiyah suatu malam. Amir
"Kamu kenapa tak keluar malam mingguan seperti teman-temanmu, Mir," tanya Supiyah suatu malam. Amir
Aku dan Cucuku
Aku cepat menikah. Pada usia 16 tahun, aku sudah menikah. Aku punya dua anak, keduanya juga perempuan. Saat anakku kedua lahir dan berusia 1 tahun, suamiku meninggal dunia. AKu membesarkan kedua anakku. Lalu anakku pertama menikah pada udia 17 tahun dan langsung dibawa suaminya ke kota lain. Setelah anakku kedua menikah, waku tinggal bersamanya di rumahku, sampai kemudian mereka mampu
Anak sulung
Tengah hari pukul 13.00 aku kembali ke dangau setelah membersihkan diriku di pancuran kecil yang tak jauh dari ujung sawah kami. Aku memanggil Harun anakku yang selalu rajin membantuku kerja di sawah. Dua adiknya masih sekolah sedang Harun setamat SMP tak mau lagi meneruskan sekolahnya. Katanya otaknya biasa saja, biarlah dia membantuku di sawah agar kedua adiknya bisa sekolah tinggi.
Seorang Nenek
Hiiii... Lucu rasanya menceritakannya, demikian Nek Mala memulai ceritanya, saat aku memergokinya bersetubuh dengan mahasiswa PKL itu. Aku ikut tersenyum. Kenapa tidak, karena nenek ini sudah berusia 58 tahun. Pembuat jamu dan ahli sebagai tukang pijat di desa kami. Nek Mala memang lucu. Jika bercerita, dia suka tertawa dan menutup mulutnya.
Ibu dan Anak Pungutnya
Rian demikian nama anak itu. Dia entah anak siapa. Jelasnya, dia dipungut oleh Bu Renggo, ketika melihat anak ityu tidur di kaki lima, tempat Bu Renggo selalu menjual batiknya. Orang memanggilnya Bu Renggo perempuan yang tak pernah menikah dan sudah berusia 44 tahun. Kata orang, dia pernah patah hati, hingga dia tidak mau menikah lagi. Wajahnya yang manis, berkulit sawo matang, langsing dan dia membatik sendiri
Sama-sama Tua (2)
Setelah mandio (bukan membersihkan diri lagi) aku dibopong Handono ke kamar tidur dan aku berganti pakaian. Suanmiku sendirui tak pernah memperlakukan aku seperti ini. Handono memakaikan pakaianku, memanjakanku dengan menyisiri rambutku malah. Dengan piyama yang aku miliki Handono memakainya. Kami makan bedua di ruang makan di belakang. Kami tersenyum-senyum tanpa komentar apa-apa.
Sama-sama Tua (1)
Pada sebuah pesta, keluarga kami selalu kompak. Apalagi ketika ayah dan ibu kami masih ada. Jika ada keluarga dekat kami yang mengundang kami untuk menghadiri poesta mereka, kami keluarga besar selalu saja hadir. Setelah ayah dan ibu meninggal, aku sebagai anak kedua setelah di atas saya, abang saya Handono,
Rasa main dengan mak nyah
Aku seorang yang berkerja dengan salah sebuah syarikat swasta di ibu kota. dan sekarang aku telah berkahwin dan masih belum memperolehi anak. Aku dan isteri tinggal bersama mak mertua aku, memandangkan mak mertua aku seorang janda. Di rumah tersebut hanya tinggal kami bertiga sahaja dan kami cukup happy. Mak mertua aku terpaksa bercerai dengan suaminya kerana perselisihan dengan suaminya.
Sama-sama Mabuk (2)
Mungkin karean letih dan hampir setahun aku tak pernah merasakan bersetubuh, aku pun tertidur pulas. Aku terbangun pukul 09.00 Wib. Saat itu aku melihat Yanto masih pulas tertidur. Setelah mandir dan menyiapkan sarapan, aku kembali tidur malas-malas di sisi Yanto. Aku pun mengingat kembali apa yang sudah terjadi tadi malam. Benarkah Yanto sekarang sudah menjadi suamiku? Apa yang terjadi jika aku menolaknya? Apakah Yanto akan kecewa?
Sama-sama Mabuk (1)
Sejak suamiku kawin lagi, rasanya aku demikian marah padanya, karena telah menghianatiku. Ajakan teman-temanku unutkk clubing, aku ikuti. Lama-lama aku bosan juga. AKhirnya aku sudah ketagihan minum-minuman keras. Shalat sudah aku tingalkan dan mulai asyik dengan daganganku membawa berlian dari rumah ke rumah dan menghasilkan banyak uang.
Kenikmatan Kepuasan Bersama (5)
Aku meremas pipi adikku saat dia menjilat ujung penisku dan memintanya untuk membuka mulutnya. Saat ia membuka mulut, saya memimpin penisku berdenyut-denyut ke mulutnya dan mendorong di kenop bengkak antara bibirnya. Kakakku Kavitha mencoba mundur, takut tombol besar, yang benar-benar bisa mengisi mulutnya, tapi aku diblokir mundur nya dengan menangkap bagian belakang lehernya. Aku memegang kepala
Kenikmatan Kepuasan Bersama (4)
Saat aku mulai mengisap lapar saya, jus kami kering menjadi basah lagi dan saya mengisap mereka secara menyeluruh. Baru jus krem tebal mulai mengalir keluar dari vagina ibu saya. Kemudian ibu saya perlahan-lahan menurunkan paha terangkat di kepala bergerak-gerak saya dan segera memiliki kepala tawanan saya antara paha cantik. Setelah beberapa menit menghisap saya, ibu saya datang di mulut mengisap
Kenikmatan Kepuasan Bersama (3)
Ibuku dan aku ditinggalkan sendirian di ruang tamu. Kami berdua diam dan hanya saling berpelukan, dan kemudian aku akhirnya mencium ibu di bibirnya, segera lidah menyentuh kami, karena kami menjelajahi setiap mulut orang lain.
Kenikmatan Kepuasan Bersama (2)
Kami semua makan malam malam dan adik saya melihat ibu baik dan aku tersenyum. Ibu saya bertanya apa yang begitu lucu, dia mengatakan hal itu beberapa lelucon dia ingat dan mengedipkan mata padaku.
"Amma, saya akan mencari seorang pria untuk Anda" Kavitha berbicara.
"Amma, saya akan mencari seorang pria untuk Anda" Kavitha berbicara.
Kenikmatan Kepuasan Bersama (1)
Itu 18 tahun yang lalu ibu dan ayahku telah berpisah, ayah saya meninggalkan ibu saya ketika dia 29, mengatakan bahwa ia pergi untuk pertemuan bisnis dan tidak pernah kembali, semua dia punya adalah surat yang mengatakan dia menyesal dan ia tidak senang dengan dia. Acara ini meninggalkan ibu saya yang bertanggung jawab atas dua anak, adikku, Kavitha, setahun lebih tua dari saya, sekarang di 22, seorang
Nek Salmah
Semua orang memanggilnya Nek Salmah. Walau usianya sudahmenginjak 53 tahun, tapi menurut orang dia tak pernah menikah. Banyak yang mengatakan, dia pernah patah hati, hingga di tak mau menikah lagi. Tingkah lakukan terkadang aneh. Mau bicara sendiri, mirip orang gila atau linglung. Tapi jika berbicara denganku, menurut penilaianku, dia tidak pernah ngawur. Hanya sekali, itu pun ketika salah seorang
Nek Julia
Aku meminum ramuan yang diberikan Nek Julia. Pahit sekali rasanya. Aku dipaksa meminumnyua, dengan dibantu oleh suaminya yang aku panggil Pak Joseph. Aku terus menggigil. Menurut Nek JUlia, untung lebih cepat ketahuan. Kalau tidak aku bisa mati, setidaknya gila. Ini masih bisa tertolong, kata mereka juga.
Gimun dan Tini serta Ibunya
Aku menyeberangi sungai itu dengan harapan bis memancing di sebuah lubuk seperti apa yang selalu kulakukan setiap kali pulang ke kampung halaman. Saat aku duduk di sela-sela batu menyiapkan pancingku serta umpan, aku melihat sepasang anak mengendapendap di pematang sawah di ketinggian. Aku kenal betul kedua anak itu. Mereka adalah tetanggaku. Yang perempuan bernama Tini. Yang laki-laki bernama Gimun
Di Rumah Nenek
Usai tamat SMP aku diminta tinggal di rumah nenek. Untuk mencapai rumah nenek, kami harus menempuh perjalanan 7 jam perjalanan bus. Sebuah tempat yang sunyi dan aku harus naik sepeda ke sekolah di SMA di ibukota kecamatan. Sebenarnya aku sedih, karena aku disekolahkan di tenmpat nenek dengan dua alasan. Pertama karena kakek baru saja meninggal dan aku harus menemani nenek, sebagai hukuman bagi
Minggu, 21 Agustus 2011
Anak Autis
Doni anak autis, bungsudari tiga bersaudara. Kini umurnya sudah 15 tahun, bertubuh tinggi, sedikit agar kurusan dibanding tubuhnya. Dia hanya mau kenal dan dekat dengan mamanya. JIka dia sudah dekat denganmamanya, tak seorang boleh dekat. Dia akan mengauk sejadi-jadinya dan memecahkan apa saja yang ada. Dimana saja diaminta dikeloni oleh mamanya. Papanya saja kalau dekat pada mamanya saat dia sedang
Anakku Sayang, Anakku Malang, Anakku Gilang
Ketika aku melahirkan Gilang, anakku, satu-satunya, menurut dokter rahimku harusdibuang, karena sudah terinfeksi. Masih untung aku bisamelahirkan anakku dengan selamat. Sejak saat itu, dipastikan tidak bisa melahirkan lagi. Tapi bukan berarti aku tidak bisa bersetubuh lagi. Justru nafsuku semakin hebat. Aku pun meneruskan bersetubuh dengan suamiku setiap malam, sampai anakku berusia 5 tahun.
Bersetubuh dengan Nenek-2
Di sekolah, rasanya aku ingin cepat kembali pulang. Kejadian tadi malam terasa bagitu indah bagiku. Aku telah bersetubuh untuk pertama kali dengan nenekku. Aku ingin mengulanginya kembali, tapi tidak dengan berpura mengigau. Dengan kenyataan. AKu sedang berpikir keras bagaimana caranya. Tapi aku harus berani. Toh nenek tidak akan melaporkanku kepda emak dan ayahku, karean aku cucu kesayangannya dan nenek
Bersetubuh dengan Nenek-1
Nek Wiwa, baru saja berangkat ke pasar untuk membeli kebutuhan kami selama seminggu. Aku duduk di ruang tamu menonton TV dengan memakai celana pendek. AKu bertelanjang dada, karean memang hari agak gerah. Mungkin baru 5 menit nek Wiwaku pergi. Tiba-tiba datang adik Nek Wiwa. Aku biasanya memanggilnya Nek Sumi. Nek Sumi adik bungsu nek Wiwa, Umurnya 36 7 tahun. Nek Sumi lebih dulu
Bombom dan Ibunya
Kenapa Ma? Tanya Bombom kepada ibunya yang sedang duduk di sudut kamar dan melamun sendiri. Ibunya mendongak mengangkat wajahnya. Di tatapnya wajah Bombom dengan sendu. Kelihatan jelas Bombvom geram. Pasti ayahnya mabuk lagi dan memarahai atau memukul ibunya. Bombom mendekati ibu kandungnya.
Ayah Bombom, bukanlah ayah kandung. Sejak kematian ayahnya, ibunya kawin lagi dengan seorang laki-lak
Ayah Bombom, bukanlah ayah kandung. Sejak kematian ayahnya, ibunya kawin lagi dengan seorang laki-lak
Enak ma...
Aku selalu melihat mamaku termenung, saat di rumah kontrakan kami dimasuki pengantin baru. Sesekali mamaku selalu berlinangan airmata. Tapi mama selalutersenyum bila aku mendekatinya. Saat kutanya kenapa mama meneteskan airmata, dia selalu menjawab dengan senyum.
"Itu karena mama sayang kamu, Wan," katanya. AKu jadi berpikir, kalau sayang kenapa harus menangis,
"Itu karena mama sayang kamu, Wan," katanya. AKu jadi berpikir, kalau sayang kenapa harus menangis,
Diana Kakak-ku (4)
Sepulang kerja aku langsung mandi. Aku hanya memakai celana pendek dengan kaos oblong putih yang tipis. Tubuhku terasa sangat segar sekali. Semabri melap rambutku yang masih basah, aku dikejutkan oleh suara keras klakson mobil Kak Diana. Cepat aku berlari ke gerbang dan membuka pintu gerbang.
"Cepat tutup pintu gerbang. Cepat !" Kak Diana memerintah. Aku menuruti perintah Kakakku yang super tegas itu.
"Cepat tutup pintu gerbang. Cepat !" Kak Diana memerintah. Aku menuruti perintah Kakakku yang super tegas itu.
Diana Kakak-ku (3)
Baru saja aku menyerahkan lamaran pekerjaanku, aku dikejuti oleh suara HP. Kak Diana.
"Bagaimana lamaranmu, Yok?"
"Sudah aku berikan, Kak. Lusa aku wawancara."
"Cepat ke kantorku dong."
"Bagaimana lamaranmu, Yok?"
"Sudah aku berikan, Kak. Lusa aku wawancara."
"Cepat ke kantorku dong."
Diana Kakak-ku (2)
"Kamu juga harus nambah dong Dai.." kataku. Dia tersenyum.
Diana Kakak-ku (1)
Aku memasuki rumah Kak Diana. Dia baru sajabercerai dengan suaminya yang ketahuan selingkuh. Tertangkap basah, ketika kakakku ikut penataran di sebuah hotel. Tanpa sengaja, ketika sama-sama membuka pintu, Kak Diana melihat dengan jelas, dengan jarah tak sampai dua meter, pintu depan kamarnya, dibuka dan keluarlah Suaminya dengan seorang perempuan. Langsung Kak Diana menjerit dan teman2nya
Simbok (2)
Pagi itu Poanidi tidak sekolah. Dia bangun kesiangan. Diambilnya sepedanya dan diamengitari desa, kemudian memasuki desa isteri kedua Bapaknya. Di sebuah warung dia menemui Bapaknya. Derngan tatapan marah dia temui Bapaknya di warung itu. Bapaknya jengah juga mendapat tatapan Ponidi yang menyelipkan parang di pingangnya.
Simbok (1)
Sudahlah mBok, Ponidi berupaya menenangkan ibunya. Ponidi sebenarnya marahjuga pada ayahnya yang menikahi perempuan lain secara diam-diam. Padahal ibunya selama ini sangat menyanginya. Walau ayahnya bekerja tidak sepenuh hati, namun ibu Ponidi tetap bekerja keras, agar keluarga itu rukun. Sayangnya ayah Ponidi justru semakin gila. Tak mau lagi perduli urusan rumah tangga, malah sebaliknya dia enak saja minum-
Dendamku (6)
Dendamku (5)
Setelah ayahku, habis kusiksa dengan kenikmatannya sendiri selama empat hari. ibuku pun datangmengantikan aku. Ibu yang mengantarkannya adalah abangku Nasrun. Ibu berganti dengan diriku. Kii aku yang kembali di boncengan ibuku. Dalam perjalanan waktu aku duduk di booncengan, kakaku Nasrun mulai merayuku, mengajakku ke kebun karet dulu. Aku mengerti maksudnya, kenapa aku tidak dibawa
Dendamku (4)
Setelah abangku yang nomor dua dan adik bungsuku, kini akumendapat kesempatan dengan ayahku. Inilah saatnya aku akan melampiaskan dendamku pada ayahku. Aku berjanji dan bersumpah, akan menjadikan mereka semua keluarga ku yang laki-laki akan menjadi budakku. Agar mereka tau, betapa sakit hatiku yang diperkosa, malah aku yang diminta diam dan boleh melaporkan kejadian kepada siapapun juga.
Dendamku (3)
Dendamku (2)
Padi sudah bunting. Abangku harus bekerja di kebun karet bersama bapakku, sedang ibuku tetap berjualan di pasar. Untuk mengawasiku, diperintahkan adikku bernama Tono berusia setahun di bawahku, yakni 13 tahun. Jika aku berhasil menggodanya, tingga tiga abangku yang harus kugoda. Agar mereka semua bisa kuperbudak untuk melepaskan dendamku.
Dendamku (1)
Aku dimarahi. Dibentak, bahkan aku ditampar, ketika aku ketahuan diperkosa oleh Pakde ku. Aku tidak bisa menjaga diri. Aku tak mampu menolak. Aku selalu tidak senonoh berpakaian. Sejuta kesalahanku yang benar-benar membuatku menangis sedih. Aku dipaksa diam, tak boleh menceritakan aib keluar. Aku yang diperkosa oleh Pakde ku, malah aku yang dimarahi. Semua memarahiku. Ayahku,ibuku, kakekku, nenekku
Perahu (10)
Saat kami makan dengan lahapnya, ibu tersenyum dari sebuah sudut saat mata kami bertatapan. Aku mengerti apa arti senyumannya dan arti tatapannya. Terlebih tanpa sadar, aku menyuapkan sepotongikan ke mulut Suti dan Suti menerima dengan mulutnya, ketika aku menyodorkannya ke mulutnya. uti pun makan dengan bahagia.
Perahu (9)
Mas kenapa tidak menyayangiku lagi, tanya Suti sepulang sekolah. Aku gagap menjawabnya. Aku jugamerasa, kalau Suti seperti tertinggal. AKu mengetahuinya, kalau Suti suka sendiri dan menyendiri.
"Mas, apa mas tidak sayang sama Suti lagi, ya?" tanyanya dengan rengekan.
"Siapa bilang Mas tidak sayang. Mas, harus kerja keras mendapatkan uang, utnuk sekolahmu, agar kamu
"Mas, apa mas tidak sayang sama Suti lagi, ya?" tanyanya dengan rengekan.
"Siapa bilang Mas tidak sayang. Mas, harus kerja keras mendapatkan uang, utnuk sekolahmu, agar kamu
Perahu (7)
Ibu sangat puas mengintip aku dan Suti berciuman mesra dan saling membelai. saling mengulurkan lidah. Aku menjilati teteknya dan megelusnya. Sutri berada di pangkuanku dan kami berpelukan dengan mesra dan saling mebelai. Aku tahu, ibu mengintipku dari belakang Suti. Aku tahu ibu berahi mengintip kami. Aku tahu ibu meraba memeknya. Ibu juga tahu, kalau aku sangat meikmati persetubuhanku dengan Suti dan sampai
Perahu (7)
Ibu membawakan segelas kopi panas padaku dan dua buah pisang goreng dan meletakkannya dekatku. Ibu ikut membenahi jaring-jring, agar besok kami pakai lagi. Ibu duduk di dekatku.
"Awas ya... kalau kamu bercerita kepada siapa saja. Kubunuh kamu.." ancam ibu. Aku tersenyum.
"Bukannya menjawab, malah tersenyum," kata ibu membentak dengan suara tertahan, takut di dengar orang lain.
"Awas ya... kalau kamu bercerita kepada siapa saja. Kubunuh kamu.." ancam ibu. Aku tersenyum.
"Bukannya menjawab, malah tersenyum," kata ibu membentak dengan suara tertahan, takut di dengar orang lain.
Perahu (6)
Sudah dua hari ayah pulang dari rumah sakit. Dia harusbanyak istirahat. Tidak boleh inum alkohol, kopi, merokok dan keluar malam. Makan obat harus terus diawasi dan dipaksa, jika ayah menolak. Demikian nasehat dokter.
Setelah seminggu ayah di rumah, ternyata aku dan adikku Suti, sudah tak tahan lagi. Malam ini, Suti meraba kemaluanku. Tentunya setelahmendengar ayah ngorok dan tertidur pulas. Tempat tidur kami, hanyaq dibatasi
Setelah seminggu ayah di rumah, ternyata aku dan adikku Suti, sudah tak tahan lagi. Malam ini, Suti meraba kemaluanku. Tentunya setelahmendengar ayah ngorok dan tertidur pulas. Tempat tidur kami, hanyaq dibatasi
Perahu (5)
Setelah sekian lama kami berdua di rumah, rumahkembali menjadi ramai. Ayahku kembali dari rumah sakit. Tak boleh kerja berat dulu. Tak boleh minum kopi, minum alkohol dan tak boleh tidur larut malam serta harus istirahat. Tubuhnya sudah mulai berisi.
Ibu sudah boleh menjual ikan kembali bahkan ibu mulai mencari kerang, bila air surut. Kami senang. Justru
Ibu sudah boleh menjual ikan kembali bahkan ibu mulai mencari kerang, bila air surut. Kami senang. Justru
Perahu (4)
Setelah makan siang, aku masuk k peahu dengan membawa pancing dan jala. Adikku Suti ikut. Perlahan kami mendayung ke laut. Orang-orang melihat kami dan kagum. Mereka tahu, kami kerja keras, untuk kehidupan dan untuk orang tua di rumah sakit. ABRI yang masuk Desa pun tidak memaksaku yang masih berusia 18 tahun untuk ikut bekerja membuat benteng kampung nelayan dan saluran ar.
Perahu (3)
Ibu senang sekali, ketika aku dan Sutimembezuk ayah ke rumah sakit. Kami membawa tiga bungkus mie goreng. Mie goreng di bukota Kabupaten ternyata jauh lebih enak dari di kampung kami. Satu untuk ayah, satu bungkus untuk ibu dan satu bungkus untuk kami bagi berdua. Selain itu, aku menyerahkan uang Ro. 200 ribu untuk ayah. Mana tau ada keperluan yang harus dibeli. Ayah dan ibu senang sekali. Kata ibu, kalau ung,
Perahu (2)
Atas pertolongan penyuluh kesehatan yang memasuki desa-desa dan ABRI masuk Desa, akhirnya ayahku mendapat kesempatan untuk berobat gratis ke rumahsakit di kabupaten. Ayah dibawa naik ambulance militer dengan sirene meraung-raung. Sutinah menangis, ketia ayah dibawa naik ambulance itu. Dia memelukku. Ibu menemani ayah ke rumah sakit dengan membawa semua peralatan yang dibutuhkan. Kata mereka setidaknya
Perahu (1)
Ayah sedang sakit. Ibu menjaganya di rumah. Tidak dibawa ke rumah sakit, karen ketiadaan uang. Untuk sementara, aku yang menggantikan ayah melaut. Ayah terus menerus batuk dan mengeluarkan darah. TBC, kata orang-orang. Aku pun menmbus kabut pagi ke tengah laut, semebari menebar jaring kecil sendirian dengan perahu milik ayah. Perahu kecil dengan cadik kesil di kedua sisinya. Aku pun berhenti sekolah.
Nikmatnya Vagina Ibuku
Perkenalkan namaku dedy umurku waktu itu 24 tahun. aku mau menceritakan pengalamanku bersetubuh dengan ibu kandungku sendiri.entah kenapa aku begitu terangsang dan inggin ngentot ibuku sendiri,yang jelas awal aku nafsu dengan ibuku berawal aku melihat ibuku berselingkuh dengan teman ayahku,Kebetulan aku tingal di sebuah kabupaten P,Jawa timur,ayahku kerja di SBY seminggu sekali pulang kampung,jadi hanya
Mama, oh mama...
Namaku Dedy, umurku 22 tahun, aku tinggal bersama Mamaku (42 tahun), bersama papa dan adik perempuanku yang duduk di bangku SMP.
Suatu siang aku berada di rumah hanya berdua dengan Mama. Mama sedang berbaring di dalam kamarnya, ia mengenakkan daster yang sangat tipis. Aku masuk kedalam kamar, Mama tersenyum kepadaku. Aku
Suatu siang aku berada di rumah hanya berdua dengan Mama. Mama sedang berbaring di dalam kamarnya, ia mengenakkan daster yang sangat tipis. Aku masuk kedalam kamar, Mama tersenyum kepadaku. Aku
Sedarah daging
kisah menarik antara abang dan adik kandung yang saling mencintai. Si abang bernama Daud 16 tahun dan adiknya bernama Siti, 14 tahun. Setelah kelaihran Siti, ibunya harus menjalani oerasi, karean terdapat kelainan kandungan. Hingga ibunya tak bisa melahirkan lagi, dan ayah mereka "terpaksa" menikah lagi. Hubungan istri tua dan muda, sangat akur, karea ibu Daud-lah yang mencarikan istri kedua ayah mereka dan masih ada hubungan saudara.
Fantasi Di Akhir Pekan (2)
Saat aku pulang kerja di hari Jum’at, anak-anaku meminta ijinku apa temannya boleh menginap nanti malam. Cindy ingin meghabiskan kembali akhir minggunya bersama kami dan Eva ingin temannya Ami bermalam juga. Aku suka Ami. Dia anggun. Kalau saja aku masih remaja, aku pasti akan mengajaknya kencan. Dia, seperti Eva, memiliki sosok sempurna. Bedanya Ami memiliki wajah yang dapat membuatnya dengan mudah jadi
Fantasi Di Akhir Pekan (1)
Cerita dewasa sedarah keluarga ini begitu heboh. Sex gangbang terjadi antara ayah dengan ketiga anak gadisnya. Ketiga anak kandung tersebut secara bergantian memuaskan nafsu birahi ayahnya, sementara mereka sendiri juga penyuka sesama jenis alias gadis lesbian. Silakan baca cerita dewasa selengkapnya berikut ini…
Ibu Gian (5)
agi tadi, awal-awal lagi Sidek keluar pergi bertugas. Kali ini perginya agak lama, mungkin sebulan dua. Halimah berlagak sedih di saat pemergian suaminya, sedangkan di hatinya bersorak kegirangan. Setelah pemergian Sidek, Halimah terus ke bilik air, mandi membersihkan diri. Sisa air mani Sidek yang masih pekat di celah punggungnya dibersihkan. Begitu juga kesan air mani Sidek yang kering dan melekat di perutnya.
Ibu Gian (4)
Pada satu pagi, selepas beberapa bulan bermulanya hubungan sulit antara dua beranak itu, Halimah sedang menjemur kain di belakang rumah. Beberapa meter dari tempat menjemur pakaian, sepasang mata sedang galak meratah seluruh pelusuk tubuh Halimah yang berkemban, mendedahkan bahagian atas dadanya serta keseluruhan bahunya yang putih melepak itu. Rambutnya yang kering, tanda masih belum mandi terikat di
Ibu Gian (3)
“Meon.. mari makan nak…. “ ajak Halimah kepada Meon di pintu bilik tidur Meon.
Meon yang sedang termenung di tepi katilnya seolah tidak menghiraukan emaknya. Fikirannya merasa bersalah dan malu atas apa yang telah berlaku petang tadi. Halimah sedar perubahan anaknya. Dia masuk bilik tidur Meon dan terus duduk rapat di sebelah Meon. Jari jemarinya kemas memegang telapak tangan
Meon yang sedang termenung di tepi katilnya seolah tidak menghiraukan emaknya. Fikirannya merasa bersalah dan malu atas apa yang telah berlaku petang tadi. Halimah sedar perubahan anaknya. Dia masuk bilik tidur Meon dan terus duduk rapat di sebelah Meon. Jari jemarinya kemas memegang telapak tangan
Ibu Gian (2)
Pada petangnya, Halimah yang selesai mengangkat pakaian di ampaian terlihat kelibat anaknya yang sedang terbaring di sofa. Bunyi TV masih kedengaran namun tidak pasti adakah anaknya sedang tidur atau tidak. Perlahan-lahan dia menghampiri anaknya dan dia melihat mata anaknya terpejam rapat. Terlintas di fikirannya ingin mengulangi kembali saat-saat indah menikmati zakar keras anaknya di dalam genggamannya.
Ibu Gian (1)
Halimah dan Sidek tinggal menyewa di sebuah kampung. Sidek, berumur 48 tahun, bekerja sebagai buruh kontrak menebang pokok-pokok kayu hutan. Dia seringkali masuk ke hutan hingga berhari-hari lamanya, malah kadang kala hingga sebulan tak balik rumah. Manakala Halimah pula, 41 tahun, menjadi surirumah sepenuh masa menjaga anaknya Shidah yang masih bersekolah rendah. Anak lelakinya Meon, yang berumur
Terimakasih Bu, Kamu Mau Jadi Istriku
hay perkenalkan namaku dodi aku dari pulau jawa tepatnya jatim.aku akan menceritakan pengalamanku menjadi kepala rumah tangga, tepatnya aku menikah dengan ibu kandungku. ibuku seorang jandabapakku 10tahun lalu meninggal, jadi hanya aku dan ibu saja di rumah ini,karna aku anak tunggal.dari dulu ibu selalu memanjakanku,dan setelah aku berumur 25 tahun aku jadi timbul sayang yang lebih pada ibuku, tepatnya aku
Aku Pengganti Bapakku
Aku Dod Umurku sekarang 35tahun,aku mau menceritakan kisah cintaku dengan ibu kandungku sendiri 9tahun yang lalu,waktu itu umurku masih 26 tahun dan ibuku berumur 47 tahun Ibuku seorang janda, Bapakku meninggal waktu aku berumur20 tahun, dan aku anak tunggal.Ibuku bernama Ros,wajahnya cantik,kulit putih bersih,badan montok,tinggi 160cm beratnya 70kg, sejak umurku 24 tahun aku semakin
Ibuku Wanita Impianku (2)
Seminggu sudah hubunganku dengan ibuku layaknya suami istri,ibuku makin hari makin cantik saja, dan lebih manja di hadapanku,pagi itu ibuku masak di dapur,aku menghampirinya sambil kupeluk ibu dari belakang,, "pagi sayanggg,,,,,"ucapku sambil kucium tengkuk lehernya,,,,, "pagi masss,,,,," ibuku menjawab. sambil menoleh kebelakang dan kita langsung kulum bibir,,,,lama sekali,,,,, mmmmmmeeemmmm
Ibuku Wanita Impianku (1)
Ross nama ibuku, umurnya sekarang sudah 47 tahun, tapi dia kelihatan cantik, sexy dan bahenol di pandanganku. jika kalian sudah pernah melihat artis sinetron Lidia Kandau, seperti itulah postur ibuku, cantik dan montok. aku seorang pengangguran yang punya hasrat sex yang tinggi< tapi cuma dengan ibuku. aku sudah lama memendam rasa inggin bercinta dengan ibuku 1 tahun lalu,ibuku janda ayahku sudah 3 tahun yang
Akhirnya Aku Berhasil Juga (2)
Cepat aku memakai dasterku, kemudian aku keluar kamar. Aku tidak memakai Bra dan celana dalam. Aku menegerjakan sesuatu di dapur, namun aku tetap terbayang pada kecupan bibir Jonson menantuku dan
Akhirnya Aku Berhasil Juga (1)
Menjanda itu tidak gampang. Banyak godaannya. Untung aku mampu mengatasinya selama 11 tahun. Berjuang sendiri untuk membesarkan dan menyekolahkan dua putriku. Aku merasa bahagia sekali, saat putri pertamaku di wisuda, kemudian dalam hitungan bulan dia bekerja lalu dipersunting oleh suaminya dan dibawa merantau ke Kalimantan.
Buntingi Aku Nak (1)
Surya adalah anak tunggal bu Wiwiek. Sejak kelas 1 SMA dia dipindahkan oleh ayahnya ke tempat neneknya bersekolah. Perkenalhain antara Wiwiek dengan suaminya tak terelakkan, setelah menurut suami Wiwiek dia berselingkuh. Perselingkuhan itu memang benar terjadi, tapi hanya lapioran orang, karena Wiwiek
Dalam Diam, Kami Bercinta (2)
"Sesekali kita wisata ke puncak yuk ma..." kata Irvan sembari menjilati leherku dan mengelus tetekku. Aku duduk di kursi kaman dan Irvan berdiri di belakangku. Uh... anakku sudah benar-benar dewasa. Dia ingin sekali bermesraan dan sangat riomantis.
"Kapan Irvan maunyake puncak?" kataku sembari menkmatijilatannya. Aku pun mulai menuntunnya agar beradadi hadapanku.
Irvan kubimbing untuk naik ke atas tubuhku. Kedua kakinya mengangkangi tubuhku dan bertumpu pada kursi. Panttanya sudah berada di atas kedua pahaku dan aku memeluknya. Kuarahkan murnya untuk mengisap pentil tetekku.
"Bagaimana kalau malam ini saja kita ke puncak sayang. Besok libur dan lusa sudah minggu. Kita di pucak dua malam," kataku sembari mengelus-elus rambutnya.
"Setuju ma. Kita bawa dua buah selimut ma," katanya mengganti isapan \nya dari tetekku yang satu ke tetekku yang lain.
"Kenapa harus dua sayang. Satu saja.." kataku yang merasakan tusukan penisnya yang mengeras di pangkal perutku.
"Selimutnya kita satukan biar semakin tebal, biar hangat ma. Dua selimut kita lapis dua," katanya. Dia mendongakkan wajahnya dan memejamkan matanya, meminta agar lidahku memasuki mulutnya. Aku membernya. Sluuupp... lidahku langsung diisapnya dengan lembut dan sebelah tangannya mengelus tetekku.
Tiba-tiba Irvan berdiri dan amengarahkan penisnya ke mulutku. Aku menyambutnya. Saat penis itu berada dalam mulutku dan aku mulai menjilatinya dalam mata terpejam Irvan mengatakan:"Rasanya kita langsung saja pergi ya ma. Sampai dipuncak belum sore. Kita boleh jalan-jalan ke gunung yang dekat villa itu," katanya.
Aku mengerti maksudenya, agar aku cepat menyelesaikan keinginannya dan kami segera berangkat. Cepat aku menjilati penisnya dan Irvan Meremas-remas rambutku dengan lembut. Sampai akhirnya, Irvan menekan kuat-kuat penisnya ke dalam mulutku dan meremas rambutku juga. Pada tekak mulutku, aku merasakan hangatnya semprotan sperma Irvan beberapa kali. Kemudian di dudk kembali ke pangkuanku. Di ciumnya pipiku kiri-kanan dan mengecup keningku. Uh... dewasanya Irvan. Au membalas mengecup keningnya dengan lembut.
Irvan turun dari kursi, lalu memakaikan dasterku dan dia pergi ke kamar mandi. Aku kekamar menyiapkan sesuatu yang harus kami bawa. Aku tak lupamembawa dua buah selimut dan pakaian yang mampu mebnghangatkan tubuhku. Semua siap. Mobil meluncur ke puncak, mengikuti liuknya jalan aspal yang hitam menembus kabut yang dingin. Kami tiba pukul 15.00. Setelah check in, kami langsung makan di restoran di tepi saw2ah dan memesan ikan mas goreng serta lapannya. Kami makan dengan lahap sekali. Dari sana kami menjalani jalan setapak menaik ke lereng bukit. Dari sana, aku melihat sebuah mobilo biru tua, Toyota Land Cruiser melintas jalan menuju villa yang tak jauh dari villa kami. Mobil suamiku, ayahnya Irvan. Pasti dia dengan isteri mudanya atau dengan pelacur muda, bisik hatiku. Cepat kutarik Irvan agar dia tak melihat ayahnya. Aku terlambat, Irvan terlebih daulu melihat mobil yang dia kenal itu. Irvan meludah dan menyumpahi ayahnya:"Biadab !!!" Begitu bencinya dia pada ayahnya. Aku hanya memeluknya dan mengelus-elus kepalanya. Kami meneruskan perjalanan. Aku tak mau suasana istirahat ini membuatnya jadi tak indah.
Sebuah bangku terbuat dari bata yang disemen. Kami duduk berdampingan diatasnya menatap jauh ke bawah sana, ke hamparan sawah yang baru ditanami. Indah sekali.
Irvan merebahkan kepalanya ke dadaku. AKu tahu galau hatinya. Kuelus kepalanya dan kubelai belai.
"Tak boleh menyalahkan siapapun dalam hiduap ini. Kita harus menikmati hidup kita dengan tenanag dan damai serta tulus," kata kumengecup bibirnya. Angin mulai berhembus sepoi-sepoi dan kabut sesekali menampar-nampar wajah kami. Irvan mulaui meremas tetekku, walau masih ditutupi oleh pakaianku dan bra.
"Iya. Kita harus hidup bahagia. Bahagia hanya untuk milik kita saja," katanya lalu mencium leherku.
"Kamu lihat petani itu? Mereka sangat bahagia meniti hidupnya," kataku sembari mengelus-elus oenisnya dari balik celananya. Irvan berdiri, lalu menuntunku beridir. Akua mengikutinya. Dia mengelus-elus pantatku dengan lembut.
"Lumpur-lumpur itu pasti lembut sekali, Ma," katanya terus mengelus pantatku. Pasti Irvan terobsesi dengan anal seks, pikirku. Aku harus memberinya agar dia senang dan bahagia serta tak lari kemana-mana apalagi ke pelacur. Dia tak boleh mendapatkannya dari perempuan jalang.
Kami mulai menuruni bukit setelah mobil Toyota biru itu hilang, mungkin ke dalam garasi villa. Irvan tetapmemeluk pinggangku dan kami memesan duabotol teh. Kami meminumnya di tepi warung.
"Wah... anaknyanya ganteng sekali bu. Manja lagi," kata pemilik warung. Aku tersenyum dan Irvanpun tak melepaskan pelukannya. Sifatnya memang manja sekali.
"Senang ya bu, punya anak ganteng," kata pemilik warung itu lagi. Kembali aku tersenyum dan orang-orang yang berada di warung itu kelihatan iri melihat kemesraanku dengan anakku. Mereka pasti tidak tau apa yang sedang kami rasakan. Keindahan yang bagaimana. Mereka tak tahu.
Setelah membayar, kami menuruni bukit dan kembali ke villa. Angin semakin kencang sore menjelang mahgrib itu. Kami memesan dua gelas kopi susu panas dan membawanya ke dalam kamar. Setelah mengunci kamar, aku melapaskan semua pakaianku. Bukankah tadi Irvan mengelus-elus pantatku? BUkankah dia ingin anal seks? Setelah aku bertelanjang bulat, aku mendekati Irvan dan melepaskan semua pakaiannya. Kulumasi penisnya pakai lotion. Aku melumasi pula duburku dengan lotion. Di lantai aku menunggingkan tubuhku. Irvan mendatangiku. Kutuntun penisnya yang begitu cepat mengeras menusuk lubang duburku. Aku pernah merasakan ini sekali dalam hidupku ketika aku baru menikah. Sakit sekali rasanya. Dari temanku aku mengetahui, kalau mau main dri dubur, harusmemakai pelumas, katanya. Kini aku ingin praktekkan pada Irvan
Irvan mengarahkan ujung penisnya ke duburku. Kedua lututnya, tempatnya bertumpu. Perlahan...perlahan dan perlahan... Aku merasakan tusukan itu dengan perlahan. Ah... Irvan, kau begitu mampu memberikaapa yang aku inginkan, bisik hatiku sendiri. Setiap kali aku merasa kesat, aku denga tanganku menambahi lumasan lotion ke batangnya. Aku merasakan penis itu keluar-masukdalam duburku. Kuarahkan sebelah tangan Irvan untuk mengelus-elus klentitku. Waw... nimat sekali. Di satu sisi klentitku nikat disapu-sapu dan di sisi lain, duburku dilintasi oleh penis yang keluar masuk sangat teratur. Tak ada suara apa pun yang terdengar. Sunyi sepi dan diam. Hanya ada desau angin, desah nafas yang meburu dan sesekali ada suara burung kecil berkicau di luar sna, menuju sarangnya.
Tubuh Irvan sudah menempel di punggungku. Sebelah tangannya mengelus-elus klentitku dan sebelah lagi meremas tetekku. Lidahnya menjilati tengkukku dan dan leherku bergantian. Aku sangat beruntung mememiliki anak seperti Irvan. Dia laku-laki perkasa dan penuh kelembutan. Tapi... kenapa kali ini dia begitu buas dan demikian binal? Tapi... Aku semakin menikmati kebuasan Irvan anak kandungku sendiri. Buasnya Irvan, adalah buas yang sangat santun dan penuh kasih.
Aku sudah tak mampu membendung nikmatku. AKu menjepit tangan Irvan yang masih mengelus klentitku jugamenjepit penisnyadengan duburku. Irvan mendesah-desah...
"Oh... oh....oooooohh..."
Irvan menggigit bahuku dan mempermainkan lidahnya di sela-sela gigitannya. Dan remasan pada tetekku terasa begitu nikmat sekali. Ooooooooooohhhh... desahnya dan aku pun menjerit..
Akhhhhhhhhhhhh......... Lalu aku menelungkup di lantai karpet tak mampu lagi kedua lututku untuk bertumpu.
Penis Irvan mengecil dan meluncur cepat keluar dari duburku. Irvan cepat membalikkan tubuhku. Langsung aku diselimutinya dan diamasuk ke dalam selimut, sembari mengecupi leherku dan pipiku. Kami terdiam, sampai desah nafas kami normal.
Irvan menuntunku duduk dan membimbingku duduk di kursi, lalu melilit tubuhku dengan selimut hotel yang tersedia di atas tempat tidur. Dia mendekatkan kopi susu ke mulutku. Aku meneguknya. Kudengar dia mencuci penisnya, lalu kembali mendekat padaku. Dia kecul pipiku dan mengatakan:"Malam ini kita makan apa, Ma?"
"Terserah Irvan saja sayang."
"Setelah makan kita kemana, Ma?" dia membelai pipiku dan mengecupnya lagi.
"Terserah Irvan saja sayang. Hari ini, adalah harinya Irvan. Mama ngikut saja apa maunya anak mama," kataku lembut.
"OK, Ma. Hari ini haerinya Irvan. Besok sampai minggu, harinya mama. Malam ini kita di kamar saja. Aku tak mau ketemu dengan orang yang naik Toyota Biru itu," katanya geram. Nampaknya penuh dendam. Aku menghela nafas.
Usai makan malam, kami kembali ke kamar dan langsung tidur di bawah dua selimut yang hangat dan berpelukan. Kami tidur sampai pukul 09.00 pagi baru terbangun.
BERSAMBUNG
Dalam Diam, Kami Bercinta (1)
Sejak aku divonnis dokter kandungan, tak bolehmemiliki anak lagi, hatiku sangat sedih. Rupanya, Tuhan hanya menitipkan seoang anak saja yang kulahirkan. Rahimku, hanya boleh melahirkan seoang anak laki-laki di rahimku.
Setelah aku sehat dan kembali dari rumah sakit membawa bayiku, dan bayiku berusia 1 tahun, dengan
Setelah aku sehat dan kembali dari rumah sakit membawa bayiku, dan bayiku berusia 1 tahun, dengan
Anak Kandungku
Bu Supiyah sangat heran melihat putra tunggalnya, Amir yang setiap malam minggu tak pernah keluar rumah. Justru selalu saja bermanja dengan dirinya. Padahal usianya sudah 24 tahun dan sudah diwisuda jadi sarjana teknis mesin di sebuah institut besar. Amir anak yang cerdas.
"Kamu kenapa tak keluar malam mingguan seperti teman-temanmu, Mir," tanya Supiyah suatu malam. Amir
"Kamu kenapa tak keluar malam mingguan seperti teman-temanmu, Mir," tanya Supiyah suatu malam. Amir
Ibu dan Anaknya
Dimana-mana situs cerita porno, cerita yang paling digemari adalah cerita inces, terutama cerita ibu dan anak. Kisah ini, diceritakan oleh seorang penggemar dan aku mengolahnya menjadi sebuah cerita tentu dengan sedikit bumbu agar menjadi sebuah cerita.
Dua puluh tahun sudahakumenjanda. Ketika Alvin anakku beusia dua tahun. Aku sedih sekali. Ayah
Dua puluh tahun sudahakumenjanda. Ketika Alvin anakku beusia dua tahun. Aku sedih sekali. Ayah
Sama-Sama Gila Sex
Sejak pernikahan anakku Mimi dengan suaminya Harun, aku menajdi merasa ada sesuatu dalam tubuhku. Mulanya, aku mendengar suara desahan di kamar anakku. Aku menajdi sangat bernafsu. Sudah belasan tahun aku ditinggal cerai oleh suamiku, aku sudah tak merasakan persetubuhan yang terkadangm embuat vaginaku ingin di masuki olehpenis.
Anak Tiriku Kekasihku
ku menikah dengan Mas Ari ketika usiaku 19 tahun. Mas Ari (35 tahun)telah punya anak dari isteri pertamanya yang menuinggal dunia, karean cancer. Anak Mas Ari bernama Jaya. Anak tunggal yang gagah berusia 13 tahun. Beda usia kami hanya berkisar 6 tahun.
Ketika itu, Mas Ari memiliki dua buah perusahaan real estate. Sati di kabupaten yang kami tinggali dan
Ketika itu, Mas Ari memiliki dua buah perusahaan real estate. Sati di kabupaten yang kami tinggali dan
ANakku, Kekasihku (2)
Jika ada tamu, Anakku Jhon tidur di kamar tidurnya sendiri. Jika tidak, sudh pasti, sejak bepergian ke Danau Toba itu, kami tidur bersama.
Jika ada orang mengatakan, perbuatan ini adalah perbuatan terkutuk, silahkan saja. Tapi sejujurnya, aku mengatakan, aku sangat menyayangi Jhon anakku. Mungkin sebaliknya dia juga demikian.
Jika ada orang mengatakan, perbuatan ini adalah perbuatan terkutuk, silahkan saja. Tapi sejujurnya, aku mengatakan, aku sangat menyayangi Jhon anakku. Mungkin sebaliknya dia juga demikian.
ANakku, Kekasihku (1)
Kami sengaja berjalan kaki di sepanjang pantai danau yang luas itu. Air biru membuncah-buncah menghempas ke pantai. Angin terus semilir. Semua orang melirik kami. Aku memakai celana pendek yang longgar di atas lutut. Pahanku mulus dan putih, sementara kedua buah dadaku terbalut kaos ketat menantang. Aku terkagum-kagum pada pada tubuhku sendiri?
I love you mom
da rasa bergetar di hatiku, saat Roy memelukku di bandara, kemudian menghadiahiku sebuah kecupan di bibirku.
"I love you, Mom..." katanya. Ah...tidak. Tidak mungkin. Dia adalah anak kandungku sendiri. Aank tunggalku. Untuk dialah aku bertahan selama ini, sejak kemarian ayahnya. Aku tidak mau menikah lagi,
"I love you, Mom..." katanya. Ah...tidak. Tidak mungkin. Dia adalah anak kandungku sendiri. Aank tunggalku. Untuk dialah aku bertahan selama ini, sejak kemarian ayahnya. Aku tidak mau menikah lagi,
Bayimu Di Rahimku
Sudah ada tiga bulan suamiku mengikuti pendidikan untuk mendapatkan alih golongan. Terasa aku begitu gersang. Aku butuh sentuhan seorang laki-laki, terlebih pada malam seperti ini. Haruskah aku mencarinya? Tapi bagaimana caranya?
Malam itu aku tak bisa berbuat apa-apa selain berusaha menghilangkan kebutuhanku akan seks. Jam sudah
Malam itu aku tak bisa berbuat apa-apa selain berusaha menghilangkan kebutuhanku akan seks. Jam sudah
Rio Anakku, Suamiku
Aku benar-benar tak habis pikir, kenapa suamiku begitu jahat kepadaku. Apakah aku kurang cantik? Atau aku sudah tak mampu melayaninya? Atau tubuhku tidak seksi lagi? Setelah kuperhatikan, semuanya masih tetap menarik. Tubuhku masih seksi dan menarik. Wajahku masih cantik. Kenapa suamiku suka selingkuh?
Aku tiduran di bagian belakang rumah. Di atas sebuah amben sederhana. Anakku Rio sedang membaca
Aku tiduran di bagian belakang rumah. Di atas sebuah amben sederhana. Anakku Rio sedang membaca
Kita Ngentot Yuk
"Kamu tau dari mana bicara seperti itu?" tanya tantenya terkejut.
"Dari Tony," kata Gilang cepat.
Anak dan Ibunya
Tomy, memang anakbungsu dan ibunya. Tiga kakaknya, semua perempuan. Antara Tommy dan kakaknya yang nomor tiga beda usia berkisar 8 tahun. Wajah saja kalau Tommy begitu dimaja oleh semuanya, terlabih oleh ibunya. Kemana saja ibunya, Tomyy harus ikut, walau Tommy sudah berusia 15 tahun. Ke dapaur, belanja bahkan tidur siang. Bila ayahnya pergi ke luar kota, Tommy justru tidur dengan ibunya. Hanya di
Di sebuah Pulau (5)
Hasil tangkapan Burhan dan Maimunah kelihatan baik-baik saja. Isteri Burhan yang masih memiliki bayi merah, senang-senang saja. Demikian juga Suami Maimunah yang selalu mengeluarkan lendir (ngences) dari mulutnya dan terus terbaring di tempat tidur atau di dudukkan. Suami Maimunah, ayah Burhan sudah tak bisa ditangkap lagi, apa yang dibicarakannya. Sudah dibawa ke berbagai dukun yang mengatakan, pohon tempatnya memanjat itu ada hantunya, hingga harus dibuatkan syaratnya. Sudah berkali-kali disyarati, namun tak sembuh juga. Maimunah pun atas anjuran Burhan, selalu bercerita kepada tetangga, kalau dirinya selalu dipaksa oleh suaminya untuk betrsetubuh. Maimunah diminta dari atas dan harus begini dan begitu dengan bumbu mebenaskan, Maimunah terus bercerita kemana-mana. Tetangga pun merasa simpati kepada Maimunah.
"Hayo cepat... bawa jaring, biar kita kerja cari ikan yang banyak untu mengobati bapakmu," teriak Maimunah seakan marah kepada Burhan. Burhan pun dengan cepat menyiapkan segalanya. Mereka naik ke perahu dan berkayuh ke tengah laut, setelah isteri Burhan, menantu Maimunah memberikan bontot untuk makan siang mereka berdua. Layar pun terkembang dan Maimunah mulai mengeser duduknya merapat ke belakang dan menyandarkan dirinya ke dada Burhan dengan manja.
"Pandai juga Emak, hingga mereka semua simpati kepada kita," ujar Burhan,. Maimunah tersenyum saja. Mereka mendatangi pulau, kemudian menebar perangkap penangkap kepiting, lalu ke pulau lain dan terus menebar perangkap kepiting. Orang-orang yang mengetahui kalau itu perangkapnya Burhan dan ibunya, mereka tak mengusiknya, karena mereka juga takut pada Burhan yang sangat tempramental. Ada beberapa pulau yang mereka tebar. Kemudian Burhan mengarahkan haluan perahu nun ke pulau yang jauh di sana.
"Kenapa kita begitu jauh?" tanya Maimunah.
"Agar kita aman," kata Burhan. Maimunah pun tersenyum. Dia sudah ketagihan mendapat nikmat dari Burhan. Sembari berlayar, Maumunah mengarahkan tangan Burhan memasuki baju kaosnya agar Burhan meremas-remas teteknya.
Semua teman mereka satu pulau, mengenal layar Burhan yang merah bergaris-garis. JIka layar itu melintas, mereka malah menjauh, karena mereka takut bertengkar dan mengakibatkan perkelahian dengan Burhan. Melihat layar Burhan menuju pulau yang terjauh, mereka selain bertanya-tanya, juga ada rasa kagum, ibu dan anak itu berani berlayar sebegitu jauh, dengan adlih harus kerja keras untuk mendapoatkan uang untuka mengobati seorang ayah yang sedang sakit.
Pulau kecil, dikelilingi sekali. Kemudian mketreka bertambat di tempat teduh dengan pasir yang landai. Sejauh mat amemandang tak ada kelihatan perahu. Hanya ada sebuah kapal besar yang melintas nun di kejauhan. Burhan Maimunah memeluk Burhan dan dengan buasnya dia langsung melumat bibir Burhan. Dielusnya kontol Burhan dari balik celana.
"Aku gak pernah puas dan rasanya tak pernah mau berhenti," kata Maimunah. Dikeluarkannya teteknya dan diminta untuk dilumat oleh Burhan. Burhan mulai melumatnya dan mempermainkannya. Burhan mengajak Maimunah agak ke dalam pulau. Disana mereka menelanjangi diri mereka dan mengembangkan kain layar sebagai alas mereka. Mulailah mereka bergumul dan saling merangsang. Maimunah belum pernah dijilati memeknya dan beluim pernah pula mengulum-nguluim serta menjilati kontol siapapun juga.
Maimunah pun merengek-rengek meminta, agar Burhan memasukkan kontolnya ke dalam memeknya yang sudah ternganga sadari tadi.
"Ayo sayang. Jangan sampai Emak tersiksa lama-lama," pinta Maimunah memelas. Burhan mulai mengocoknya maju-mundur. Setalah hampir 20 menit mempompa memek Maimunah, Maimunah menjerit-jerit kecil kenikmatan. Dia memeluk Buirhan dengan kuat sekali, sampoai Burhan juga memuntahkan spermanya. Denagn nafas terengah, mereka tersenyum dan Maimunah secepatnya memakai kembali pakaiannya, menjadi kemungkinan ada manusia lain. Burhan juga demikian.
Mata hari sudah berada di ubun-ubun. Merek amengambil bontot dan makan siang. Pada saat makan siang itulah Maimunah menyampaikan kabar kepada Burhan, kalau dia sudah hamil dua bulan. Burhan menatap Maimunah.
"Benarkah," tanya Burhan. Maimunah mengangguk bangga.
"Anakmu... cucuku," kata Mamunah. Burhan tersenyum. Dia mengerti makna ucapan emaknya itu.
"Lalu bagaimana?" tanya Burhan.
"Tetangga sudah aku atasi juga seisi keluarga kita, termasuk isterimu dan adik-adikmu. Tinggal Bapakmu. Bapakmu, aku yang atasi, kau pura-pura tidak mengerti saja," kata Maimunah. Burhan setuju dan tersenyum.
"Sudah lama aku menginginkan ini, Mak. Sebenarnya sudah lama aku ingin punya anak dari Emak. Anak kita," kata Burhan. Maimunah pun tersenyum
Brrhan menebar jala dan hari itu mereka memang lagi mujur banyak ikan yang dapat. Saat mereka menyinggapi pulau-pulau yang ditebari alat penagkap kepiting, juga banayk juga yang dapat. Mereka tersenyum.
"Berlipat ganda rezeki kita, Mak," kata Burhan. Maimunah tersenyum.
Perut Maimunah semakin besar dan besar. Isteri Burhan senyum-senyum saja bahkan mengatrakan, agar Burhan menjaga Emaknya bila melaut jangan dikasi kerja berat. Burhan justru sangat senang dalam kehamilan ibunya, mereka terus bersetubuh di sela-sela pohon bakau.
Maimunah tau, kalau kehamilannya itu dipertanyakan oleh suaminya, tapi Maimunah tak mau menjawab bahkan lidahnya dia peletnya mengejek suaminya yang sudah tiga tahun tak memberinya nafkah bathin.
Soatu sore saat Burhan dan Maimunah mau menebar jala, tiba-tiba nelayan berteriak dari kejauhan. Niagt mereka mau bersetubuh memasuki pohon bakau, terhenti karena ada yang mengsik.
":Kelian harus sgeera kembali."
"Kenapa?"
"Maaf, suami kakak meninggal dunia?"
Maimunah pura-pura menangis histeris dan Buhran demikian sedih melihat Emaknya menangis. Cepat mereka kembali. Tak seorang pun yang tau, Saat merek amau berangkat subuh tadi, Maimunah membubuhkan racuk ke dalam gelas kopi suaminya. Sepertio biasanya, suaminya begitu bangun, tanpa cuci mulut apalagi sikat gigi, langsung minum kopi. Maimunah sempat melihat suaminya meneguk setengah gelas kopi yang dia hidangkan.
"Sudahlah Mak. Emak harus tabah. Kita semua harus tabah," bujuk Burhan yang tak mengerti apa-apa. Suaminya, sebelum anak-anaknya dewasa, pernah berlaku sangat kerjam terhadap Maimunah.
Setelah anak mereka lahir, Maimunagh diam-diam meminum ramuan, agar dia tak hamil lagi. Peranakannya dikeringhkand engan meminum ramuan, hinga dia takkan pernah melahirkan lagi. Tak seorang pun percaya, kalau anak bungsu Maimunah adalah anaknya dengan Burhan yang juga anak kandungnya sendiri.
Habis.......
"Hayo cepat... bawa jaring, biar kita kerja cari ikan yang banyak untu mengobati bapakmu," teriak Maimunah seakan marah kepada Burhan. Burhan pun dengan cepat menyiapkan segalanya. Mereka naik ke perahu dan berkayuh ke tengah laut, setelah isteri Burhan, menantu Maimunah memberikan bontot untuk makan siang mereka berdua. Layar pun terkembang dan Maimunah mulai mengeser duduknya merapat ke belakang dan menyandarkan dirinya ke dada Burhan dengan manja.
"Pandai juga Emak, hingga mereka semua simpati kepada kita," ujar Burhan,. Maimunah tersenyum saja. Mereka mendatangi pulau, kemudian menebar perangkap penangkap kepiting, lalu ke pulau lain dan terus menebar perangkap kepiting. Orang-orang yang mengetahui kalau itu perangkapnya Burhan dan ibunya, mereka tak mengusiknya, karena mereka juga takut pada Burhan yang sangat tempramental. Ada beberapa pulau yang mereka tebar. Kemudian Burhan mengarahkan haluan perahu nun ke pulau yang jauh di sana.
"Kenapa kita begitu jauh?" tanya Maimunah.
"Agar kita aman," kata Burhan. Maimunah pun tersenyum. Dia sudah ketagihan mendapat nikmat dari Burhan. Sembari berlayar, Maumunah mengarahkan tangan Burhan memasuki baju kaosnya agar Burhan meremas-remas teteknya.
Semua teman mereka satu pulau, mengenal layar Burhan yang merah bergaris-garis. JIka layar itu melintas, mereka malah menjauh, karena mereka takut bertengkar dan mengakibatkan perkelahian dengan Burhan. Melihat layar Burhan menuju pulau yang terjauh, mereka selain bertanya-tanya, juga ada rasa kagum, ibu dan anak itu berani berlayar sebegitu jauh, dengan adlih harus kerja keras untuk mendapoatkan uang untuka mengobati seorang ayah yang sedang sakit.
Pulau kecil, dikelilingi sekali. Kemudian mketreka bertambat di tempat teduh dengan pasir yang landai. Sejauh mat amemandang tak ada kelihatan perahu. Hanya ada sebuah kapal besar yang melintas nun di kejauhan. Burhan Maimunah memeluk Burhan dan dengan buasnya dia langsung melumat bibir Burhan. Dielusnya kontol Burhan dari balik celana.
"Aku gak pernah puas dan rasanya tak pernah mau berhenti," kata Maimunah. Dikeluarkannya teteknya dan diminta untuk dilumat oleh Burhan. Burhan mulai melumatnya dan mempermainkannya. Burhan mengajak Maimunah agak ke dalam pulau. Disana mereka menelanjangi diri mereka dan mengembangkan kain layar sebagai alas mereka. Mulailah mereka bergumul dan saling merangsang. Maimunah belum pernah dijilati memeknya dan beluim pernah pula mengulum-nguluim serta menjilati kontol siapapun juga.
Maimunah pun merengek-rengek meminta, agar Burhan memasukkan kontolnya ke dalam memeknya yang sudah ternganga sadari tadi.
"Ayo sayang. Jangan sampai Emak tersiksa lama-lama," pinta Maimunah memelas. Burhan mulai mengocoknya maju-mundur. Setalah hampir 20 menit mempompa memek Maimunah, Maimunah menjerit-jerit kecil kenikmatan. Dia memeluk Buirhan dengan kuat sekali, sampoai Burhan juga memuntahkan spermanya. Denagn nafas terengah, mereka tersenyum dan Maimunah secepatnya memakai kembali pakaiannya, menjadi kemungkinan ada manusia lain. Burhan juga demikian.
Mata hari sudah berada di ubun-ubun. Merek amengambil bontot dan makan siang. Pada saat makan siang itulah Maimunah menyampaikan kabar kepada Burhan, kalau dia sudah hamil dua bulan. Burhan menatap Maimunah.
"Benarkah," tanya Burhan. Maimunah mengangguk bangga.
"Anakmu... cucuku," kata Mamunah. Burhan tersenyum. Dia mengerti makna ucapan emaknya itu.
"Lalu bagaimana?" tanya Burhan.
"Tetangga sudah aku atasi juga seisi keluarga kita, termasuk isterimu dan adik-adikmu. Tinggal Bapakmu. Bapakmu, aku yang atasi, kau pura-pura tidak mengerti saja," kata Maimunah. Burhan setuju dan tersenyum.
"Sudah lama aku menginginkan ini, Mak. Sebenarnya sudah lama aku ingin punya anak dari Emak. Anak kita," kata Burhan. Maimunah pun tersenyum
Brrhan menebar jala dan hari itu mereka memang lagi mujur banyak ikan yang dapat. Saat mereka menyinggapi pulau-pulau yang ditebari alat penagkap kepiting, juga banayk juga yang dapat. Mereka tersenyum.
"Berlipat ganda rezeki kita, Mak," kata Burhan. Maimunah tersenyum.
Perut Maimunah semakin besar dan besar. Isteri Burhan senyum-senyum saja bahkan mengatrakan, agar Burhan menjaga Emaknya bila melaut jangan dikasi kerja berat. Burhan justru sangat senang dalam kehamilan ibunya, mereka terus bersetubuh di sela-sela pohon bakau.
Maimunah tau, kalau kehamilannya itu dipertanyakan oleh suaminya, tapi Maimunah tak mau menjawab bahkan lidahnya dia peletnya mengejek suaminya yang sudah tiga tahun tak memberinya nafkah bathin.
Soatu sore saat Burhan dan Maimunah mau menebar jala, tiba-tiba nelayan berteriak dari kejauhan. Niagt mereka mau bersetubuh memasuki pohon bakau, terhenti karena ada yang mengsik.
":Kelian harus sgeera kembali."
"Kenapa?"
"Maaf, suami kakak meninggal dunia?"
Maimunah pura-pura menangis histeris dan Buhran demikian sedih melihat Emaknya menangis. Cepat mereka kembali. Tak seorang pun yang tau, Saat merek amau berangkat subuh tadi, Maimunah membubuhkan racuk ke dalam gelas kopi suaminya. Sepertio biasanya, suaminya begitu bangun, tanpa cuci mulut apalagi sikat gigi, langsung minum kopi. Maimunah sempat melihat suaminya meneguk setengah gelas kopi yang dia hidangkan.
"Sudahlah Mak. Emak harus tabah. Kita semua harus tabah," bujuk Burhan yang tak mengerti apa-apa. Suaminya, sebelum anak-anaknya dewasa, pernah berlaku sangat kerjam terhadap Maimunah.
Setelah anak mereka lahir, Maimunagh diam-diam meminum ramuan, agar dia tak hamil lagi. Peranakannya dikeringhkand engan meminum ramuan, hinga dia takkan pernah melahirkan lagi. Tak seorang pun percaya, kalau anak bungsu Maimunah adalah anaknya dengan Burhan yang juga anak kandungnya sendiri.
Habis.......
Di sebuah Pulau (4)
Beberapa yang ikut satu perahu dengan mereka, ternyata ditemukan meninggal dunia. Jenazah dimakamkan, dan tak lebih dari 10 hari, pulau kecil itu dirundung dukacinta. Setelah itu, semuanya kembali normal kembali. Semua kembali melaksanakan tugasny masing-masing dan duka sudah dapat diatasi.
Di sebuah Pulau (3)
"Lalu kita ini bagaimabna? Apakah ada yang tahu, kalau kita selamat di Pulau ini? Bagaimana pula nasib teman-teman kita yang lain?" tanya Maimunah sedih mengenang teman-teman mereka yang belum diketahuinasibnya. Maimunah dan Burhan berusaha mengelilingi pulau yang hanya seluas tak lebih dari 20 hektar itu. Seharian mereka berupaya mencari teman-teman mereka sembari menunggu ada orang yang b isa
Di sebuah Pulau (2)
Halilintar sepertinya sudah letih terus menerus memuntahkan suaranya yang memekakkan telinga itu. Hujan juga rasanya sudah tiodak sederas lagi, dan angin pun pun sepertuinya sudah lelah terus berhembus. Tubuh ibu dan anak itu semakin hangat, bukan karena angin berhenti betrdesau saja atau hujan semakin menipis turunnya. Keduanya tidak sadatr, kalau mereka sedang dialiri darah cepat yang mereka tidak sadari. Pekukan
Di sebuah Pulau (1)
Burhan memegang kemudi dan sesekali tangan kirnya menarik tali yang digunakan untuk mengendalikan layar. Parhu itu pun terangguk-angguk di terpa ombak-ombak kecil. Tapi tiba-tiba saja awan gelap dan angin demikian kencangnya. Semua diminta untuk mawas diri, karena mereka sudah berada di tengah laut. Biasanya mereka berlayar selama 7-8 jam menuju pulau tetangga yang mengundang mereka.
Burhan yang berusia 24 tahun dan sudah punya isteri dan dua orang anak dan tinggal di pulau karena isterinya sedang hamil tua, sudah ragu akan keadaan angin. Cepat dia melepaskan tali dan minta kepada penumpang lainnya yang juga nelayan, untuk menurunkan layar. Angin tak dapat dikendalikan, selain kencang dan deras, dia juga berputar-putar.
Baru saja dia berteriak agar layar diturunkan, baru layar dilepas tali pengikatnya, tiba-tiba angin kencang dan berputar-putar menerpa layar mereka, membuat perahu terangkat dari atas air laut setingi lebih 2 meter. Kemudian perahu terhempas ke laut dalam keadaan terbaik. Burhan yang sudah sangat wanti-wanti duduk di buritan bersama Emaknya. Dia sudah memegang Bambu ukuran besar, bila terjadi apa-apa. Ujung bambu dia ikat, kemudian ujung tali lainnya dia ikatkan ke pergelangan kakinya. Persis seperti orang bermain selancar. Begitu perahu terangkat kemudian terbaik dan terhempas, dengan cepat di tarik genggam tangan emaknya dengan kuat dan dia peluk. Hampir semua penumpang perhunya itu berteriak histeris.
Burhan menyuruh emaknya memeluk batang bambu itu kuat-kuat, lalu Burhan mendorong tubuh emaknya. Burhan dan emaknya yang pandai berenang, dengan kedua kakinya mereka mengikuti arus. Terserah arus mau membawa mereka kemana. Semua penumpang perahu berusaha menyelamatkan diri masing-masing. Perahu sudah berkeping-keping, karena perahu itu juga sudah tua. Lewat mahgrib, Burhan dan Emaknya, terdampar di pandai sebuah pulau kecil. Di sana ada sebuah gubuk kecil, sepertinya sudah lama tak dipakai lagi. Dengan tersengat, sengal Burhan memeluk emaknya yang tinggal memakai celana dalam saja, karena kain sarungnya entah sudah dimana. Mereka memasuki gubuk, walah atasnya disana-sini sudah banhyak yang bocor, namun lebih baik, karena sebentar lagi hujan deras akan turun. Dengan beberapa buah tempurung yang dibersihkan seadanya, Burhan menampung air hujan untuk mereka minum.
TAARRRR.... Halilintar membehana menakutkan. Emak Burhan (Maimunah -46 tahun) terkejut dan menghambur ke pangkuan Burhan anak laki-lakinya. TIba-tiba duania menjadi gelap. Tak ada penerangan apapun di pulau itu. Hanya ada suara desau angin dan debur ombak, lalu.... sepi.
"Emak takut... Hanya kita berdua di sini...?" kata Emaknya.
"Jangan takut Mak. Burhan ada di samping Emak..."
"Emak tau. Pakaian Emak basah sangat. Angin Kencang, dingin sekali.."
"Burhan akan peluk Emak, supaya tidak dingin," kata Burhan membawa Emaknya ke sebuah sudut, agar sedikit terhindar dari hembusan angin kencang.
Burhan membuika celananya dan menggantungkannya di sebuah sudut gubuk yang terlindung agar besok sudah agak kering, bisa dipakai. Kalau memakai pakaian yang basah, lebih dingin lagi. Setelah yakin dia telanjang di tengah gelap gulita itu, dia minta agar Emaknya memeras bajunya, agar cepar kering dan tidak masuk angin. Dalam pikiran Emaknya juga sama dan membuka bajunya lalu memerasnya. Terdengar suara air jatuh saat dia memeras bajunya di tengah gelap gulita itu. Tida ada yangbisa kelihatan. Jari tangan dihadapkan di depan mata saja tidak kelihatan. Begitu cepat cahaya menghilang dan mereka sudah tidak memikirkan lagi teman-teman mereka satu perahu. Besok mereka akan bertemu.
"Kamu dimana?" suara Emak bergetar kedinginan.
"Ya, aku akan mendekat. Aku akan mendatangi suara Emak," kata Burhan mendekati dan berupaya meraba-raba dengan tangannya ke arah suara. Hep... kedua tangan mereka bertemu dan daya ingat Burhan sangat kuat. Berarti Emaknya tidak jauh dari sebuah sudut yang aman dari terpaan angin kuat dan kebocoran atap gubuk. Cepat dipeluknya tubuh ibunya yang diayakini, ibunya pasti sedang ketakutan.
Saat berpelukan itu, dengancepat Burhan dan Emaknya merasakan persentuhan kulit-kulit tubuh mereka seperti ada arus kehangatan. Burhan mengira, Emaknya hanya memeras bajunya saja kemudian memai\kainya kembali, ternmyata ibunya bertelanjang di kegelapan itu. Dalam, pikiran ibunya, biatlah dia bertelanjang saja daripada menahankan dingin dengan pakaian basah di tubuh, toh tak seorang yang bisa melihat tuibuhnya bertelanjang. Dalam pikiran Emak Burhan, Buran yang masih muda, masih tahan melawan dingin dan hanya sebentar meremas pakaiannya lalu memakainya. Dua pikiran yang sama dengan keyakinan, mereka tidak akan berpelukan dalam keadan bugil
Burhan langsung seperti tersengat listrik dan sukujur tubuhnya menjadi hangat tiba-tiba. Emaknya juga demikian. Tak menyangka gesekan antara kulit itu mampu menghangatkan tubuhnya dan membuat darahnya mendesir-desir dengan anak laki-lakinya itu, Saat dia mau melepaskan diri dari pelkukan anaknya itu, Burhan ternyata tidak melepasnya, bahkan semakin memperkuat pelukannya. Tetek Emaknya yang menempel di dadanya, membuat tangannya refleks sebelah memegang pantat Emaknya dan ternyata juga sudah melepaskan celana dalamnya. Burhan baru sadar, kalau bulu kedua kemalauan itu sudah saling menempel. Demikian juga dengan emak Burhan. Dia merasakan ada benda yang menempel di selangkah pahanya dan dia tahu itu benda apa. Ingin dia melepaskan pelukannya, tapi pelukan anaknya demikian erat.
Burhan memangku Emaknya. Burhan meminta Emaknya merangkul tengkuknya, kemudian Burhan membawa Emaknya itu ke sebuah amben tiga batang bambu tua. Burhan duduk di amben itu.
"Peluk Burhan, Mak. Rapatkan tubuh Emak, biar kita hangat," bisik Burhan kepada Emaknya.
"Tapi ini pantang, Nak?"
"Kita akan mati kedinginan, bila kita tidak saling menghangatkan. Lupakan pantang sejenak, Mak..." Mereka pun berpelukan. Burhan menempatkan kedua telapak kaki Emaknya di lantai Bambu, agar tak dingin di pasir, lantai gubuk itu.
Burhan pun memeluk Emaknya dengan kuat dan berharap agar hari cepat terang dan mereka bisa mencari apa saja untuak merekamakan dan untuk mereka pakai untuk pulang ke pulau mereka.
BERSAMBUNG....
Mulanya Aku Diperkosa Anakku Sendiri (2)
Setiap hari tak ada lagi pertanyaan atau komenmtar apapun di antara kami. Jelasnya, kepada dua putriku aku
Mulanya Aku Diperkosa Anakku Sendiri (1)
Menikahlah denganku Ibu (2)
Pagi itu Imran pergi ke sekolah. Aku termangu sendiri di gubuk kami. Aku mengerjakan pekerjaan rutinku. Aku tak habis pikir, kenapa tadi malam aku tidak menolaknya. Salahkah aku? Aku mengakui, kalau diriku salah, tapi aku juga harus mengakui, ternyata aku membutuhkan seks. Tapi haruskah dengan anak kandungku sendiri? Apa y ang akan terjadi, kalau ini terus berlanjut serta apa pula yang bakal terjadi jika aku harus
Menikahlah denganku Ibu (1)
Suamiku meninggal dunia dan banyak meningalkan hutang. Hutang, karena dia harus dirawat di rumahsakit selama hampir setahun. Tumor ganas, telah menghabiskan semuanya. Sebenarnya, dia sudah lama sakit-sakitan dan peningggalan warisan mertuaku pun terkuras habis. Keluarga juga sudah habis-habisan membantu kami.
Ibuku Janda (3)
Dengan pohon bambu yang rimbun tumbuh di tepian sungai, aku memperbesar kandang kambingku dan
Ibuku Janda (2)
Ibuku Janda (1)
Kisah ini terjadi sejak lima tahun lalu, saat aku berusia 14 tahun dan ibuku berusia 34 tahun. Aku sendiri tidak mengenal siapa ibuku. Tapi kami hanya berdua. Kami juga tinggal di pondok kecil dekat persawahan kami yang kata ibu ladang dan sawah itu diberikan oleh keluarga ibuku. Saat aku mengajak ibuku ke rumah orangtuanya, nenek dan kakekku, ibuku selalu menolak. Bahkan ibu sering menangis kalau aku bertanya soal
Ketika Tsunami Terjadi (3)
Kenapa Uda mengatakan, kita ini suami isteri? Tanya Linda kepada Maskun. Maskun diam saja. Dia berupaya untuk mendapatkan ibu dan ayah mereka. Linda puin mempertanyakan kembali kenapa Maskun mengatakan kepada petugas, mereka adalah suami isteri?
"Supaya kita tidak dipisahkan. Nanti kalau kita ketemu dengan orangtua kita, baru kita bersama dengan
"Supaya kita tidak dipisahkan. Nanti kalau kita ketemu dengan orangtua kita, baru kita bersama dengan
Ketika Tsunami Terjadi (2)
Maskun mendapatkan Bethadine bebeapa botol dan verban serta obat-obatan yang biasa dijual tanpa resep atau obat yang bisa dijual bebas. Ada sabun dan berbagai keperluan. Mancis dan korek api dia jemur dan beberapa mantel hujan dia temuka juga. Mereka pun bertahan di tepian anak sungai itu. Sudah dua hari, belum juga ada bantuan. Tapi pakaian mereka sudah kering dan sudah bersih dicucui, terutama pakaian dalam.
Ketika Tsunami Terjadi (1)
Semua hiruk pikuk. Tak ada yang tau bagaimana keadaan demikian cepet bisa memorakporandakan kampung. Linda dan Maskun terhenpas olehombak. Kedua ibui bapa mereka tak tau kemana. Saudara-saudara mereka juga tak tau kemana. Yang diketahui LInda, saat matanya terbuka dengan tubuh lemas, dia berada di sebuah hutan dan lama dia baru bisa sadar, kalau terjadi bahaya. Suara gemuruh, kemudian kayu
Langganan:
Postingan (Atom)