Minggu, 21 Agustus 2011

I love you mom


da rasa bergetar di hatiku, saat Roy memelukku di bandara, kemudian menghadiahiku sebuah kecupan di bibirku.
"I love you, Mom..." katanya. Ah...tidak. Tidak mungkin. Dia adalah anak kandungku sendiri. Aank tunggalku. Untuk dialah aku bertahan selama ini, sejak kemarian ayahnya. Aku tidak mau menikah lagi,
karena aku takut kehilangan diri tak bisa memanjakan anakku lagi. Jika aku bersuami, tentu aku harus mengurus suamiku, kemudian baru anakku. AKu juga memanjakan diriku kepada Roy.

Sejak Roy lulus SD, baru beberapa bulan di SMP, dia sudah kehilangan ayahnya. Aku berusaha keras mengendalikan toko peninggalan suamiku. Mulanya aku takut jauga, apakah aku mampu atau tidak. Ternyata setelah tiga tahun, aku mampu mengendalikan toko, bahkan usahaka peninggalan suamiku semakin berkembang. Tentu saja Roy ikut membantu.

Roy sangat manja. Walau sudah SMU, dia tetap tidur bersamaku. Memelukku, bahkan kalau sarapan pagi dan makan malam, harus disuap. Jika tidak dia pasti ngambek dan mogok makan. Biarlah, dia satu-satunya milikku. Jika tidur, tengah malam saat AC mula mendingin, dia memelukku erat dan aku mengeloninya.

Begitu lulus SMA, dia melanjutkan kuliahnya di Amerika. Aku senang bukan main, dia bisa lulus dan dapat bea siswa. Empat tahun dia di Amerika, membuatku kesepian dan sunyi sendiri. Aku menjemputnya ke Bandara, minggu itu. Rasa rinduku begitu memuncak saat aku melihatnya, semakin gagah dan dewasa dalam usia 21 tahun. Begitu keluar pintu, dia langsung menghambur padaku. Memelukku dan mengucp bibirku. Tak pernah dia mengecup bibirku. Tapi mungkin itulah budaya orang di sana, selama 4 tahun dia tinggal menuntut ilmu.

Dalam mobil, dia terus menerus mencium pipiku dan memelukku. Ketika aku bercerita aku sudah siapkan sayur asem kesukaannya, telor mata sapi dan sambal terasi, dia ingin cepat tiba di rumah. AKu senang Roy lahap sekali makannya dan rindu masakanku. siapa yang tak bahagia, anak semata wayang memuji-muji masakan yang sudah kita persiapkan.

Kami bercerita panjang lebar. Roy bercerita bagauimana dia merindukanku selama empat tahun di teras lantai tiga rumah kami. Hujan rintik-rintik, membuat rasa rindu semakin rinu. Roi dengan celana pendeknya dan kaos oblonk tipis karena merasa gerah walau hujan rintik. Sementara aku dengan daster miniku. Dia tetap m emelukku dan kembali mencium bibirku. Mulanya aku ingin menolaknya, karean tak pantas seorang anak mencium bibirku. Aku terus dipeluknya dan pungungku dielus-elusnya. Rasa rindu anakku kepadaku, tidak kepalang. Aku mengelus-elus tubuhnya, sebagai balasan elusannya, bahwa aku ibunya juga merindukannya. Aku terkejut, saat lidahnya mulai bermain di dalam mulutku. Ingin aku menolaknya, tapi aku takut dia tersinggung.

"I love you, Mom. I love you darling..." gumamny sembari terus menciumi bibirku dan tangannya mulai mengelus buah dadaku yang memang aku tak mengenakan Bra.
"Roy..." protesku. Dia terus saja merabai payudaraku dan mengecup bibirku dan mempermainkan lidahnya, sementara sebelah tangannya menggamit tengkukku, hingga aku tak bisa menjauhkan kepalaku. Perlahan Roy menolak tubuhku agar terlentang di karpet teras. Tubuhku ditindihnya dari atas. Penisnya sudah menggesek pepekku dari atas, walau dia masih pakai celana. Tangannya dengan cepat masuk ke dasterku dan mengelus-elus buah dadaku. Dengan cepat pula, dia mengisap tetekku, membuat aku mengelinjang. Ingin aku menolaknya dengan kasar, tapi ternyata dadaku terus bergetar dan bergetar. Aku ternyata membutuhkannya, setelah sekian belas tahun aku tak pernah merasakannya.
Roy meraba pepekku dan menurunkan celana dalamku. Jarinya sudah meraba-raba pepekku yang sudah basah. Rasanya aku tak percaya apa yang sudah terjadi ini. Tapi aku benar-benar butuh. Tak apalah, kalau Roy tidak menyetubuhiku, pikirku.

"I love You mom..." bisiknya lagi. Tapi kali ini, celana dalamku sudah melorot lepas dari kakiku. Roy juga sudah membuka kaos oblonk-nya dan celanaya. Aku lihat dia sudah telanjang bulat. Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi selain pasrah. Setelah Roy telanjang bulat, dia kangkangkan kedua kakiku dan dia memasukkan penisnya ke dalam pepekku.
"Ah..." hanya itu yang bis akeluar dari mulutku. Aku terhenyak, merasakan penisnya yang besar itu memasuki pepekku. Hangat dan terasa ganjalan dalam pepekku begitu padat. Usiaku yang 48 tahun, masih mampu melumasi penisnya yang memasuki liangku. Dengan cepat dia menggenjot penisnya dan aku memberikan respons yang tak kepalang tanggung pula. Au sudah lupa, kalau Roy adalah anakku satu-satunya. Tak lama dalam hembusan angin sepoi karean gerimis sudah mulai menderas, kami sama-sama sampai ke batas nikmat. Kami berpelukan erat dan Roy memberikan kecupan hangat di bibirku.

"Kita ke dalam darling..." bujuknya membimbinghku ke dalam rumah. Roy melarang aku mengambil pakaianku dan pakaiannya. Kami bertelanjang bulat memasuki rumah. Setelah mengunci pintu, Roy membawaku ke lantai dasar dan memasuki kamar kami. Roy memakaikan aku kimono dan Roy juga memakai kimono. Selain Kimoni tak ada lagi kain membungkus tubuh kami. Sama-sama kami membersihkan diri ke kamar mandi.

"Kamu senang sayang..." bisikku ke telinga Roy.
"Yahhh. sudah sejak SMP hal ini kuinginkan dariling. Barui sekang terjadi. Selama di Amerika, banyak perempuan menggodaku, tapi aku tetap menolak, karean aku ingin memberikan keperjakaanku kepadamu darling..." katanya sembari tersenyum.
Sore itu, kami kembali tidur di kamar, tempat biasa kami berdua tidur. Sebelum tdiru, Roy membuka Kimonoku dan Kimononya. Kami tidur dalam keadaan telanjang bulat ditutupi selimut. Kami berpelukan dan pulas tertidur.

Tak tau siapa yang memulai. Kami begitu saja sudah saling pagut. Bibir kami sudah saling bersatu dan lidah kami sudah saling emngkait. Roy mengisapi tetekku, perutku dan menjilati paha ku. Kedau kakiku dikangkangkannya dan dia menjilati pepekku. Kelitorisku dia isap-isap, membuat aku menggelinjang. Aku semakin berani dan tidak malu-malu lagi. Aku sudah melupakan diriku adalah ibunya. Ibu kandungnya. Aku butuh belaiannya, butuh kenikmatan da aku tak menikah karena aku tak ingin kehilangan Roy.
Malam itu, kami melakukannya lagi. Setelah bersih diri di kamar mandi, ami ke luar rumah untuk makan di restoran. Kami makan begitu nikmat dan lahap. Dalam memasuku restoran, Roy memelukku dengan mesra, layaknya dia memeluk isterinya atau pacarnya. Demikian aku memberikan respons yang sama. Jika di hadapan orang Ropy memangilku Mama. Bila tak ada orang, dia selalu menyebutku darling. Bahkan selalu dia membisikiku darling. Aku juga memanginya baby.

Begitu sampai di rumah, Roy langsung memintaku ganti pakaian dan kembali kami memakai Kimono tanpa kain lain selain Kimono. Bila kami tidur, kami selalu telanjang bulat dan ditutupi oleh selimut.
Lima hari dia tiba di rumah, aku haid. Setelah itu, kami ke singapura dan kami memutuskan untuk menutup peranakan agar aku tidak hamil. Semingu di SIngapura, kami kembali ke rumah dan menjalankan aktifitas kami di toko yang pembukuannya ditangani oleh Roy secara modern. Usaha kami semakin berkembang dan kami sudah memiliki empat cabang dalam setahun. Dalam telepon, kami selalu berbicara sangat mesra, layaknya sepasang kekasih yang sedang memadu cinta.

Kami sepakat, bila nanti aku sudah tak mampu lagi melayani-nya, Roy akan menikahi perempuan pilihanku.

Begitulah cerita seseorang yang mengirimkan kisahnya, untuk dapat kutuliskan di sini. Semoga pengirim puas atas kisah sejatinya yang aku tuliskan ini.
Aku memberi judul kisah sejati ini " I Love You Mom"

1 komentar: