Minggu, 21 Agustus 2011

Dendamku (1)

Aku dimarahi. Dibentak, bahkan aku ditampar, ketika aku ketahuan diperkosa oleh Pakde ku. Aku tidak bisa menjaga diri. Aku tak mampu menolak. Aku selalu tidak senonoh berpakaian. Sejuta kesalahanku yang benar-benar membuatku menangis sedih. Aku dipaksa diam, tak boleh menceritakan aib keluar. Aku yang diperkosa oleh Pakde ku, malah aku yang dimarahi. Semua memarahiku. Ayahku,ibuku, kakekku, nenekku
dan mungkin, kalau seduni atau, semuamanusia di dunia ini akan membarahiku. Biadab!!! Makiku sendiri dalam hati. Di kamar, aku hanya bisa menangis. Selain menahankan sakit di memekku, aku juga harus menahan sakit di hatiku. Bajingan !!!

Saat itu mulai datang rasa dendam di hatiku. Aku suka uring-uringan. Dalam usiaku 14 tahun, aku sudah mengerti dendam. Ya.. dendam, itu saja. Lama kelamaan, peristiwa itu diam d\begitu saja. Pakdeku tak berani datang lagi ke rumah. Aku kembali ikut ayah dan ibuku ke ladang, ke sawah, ke kebun karet dan kemana saja aku disuruh, aku tetap mau dan tidak membantah. Dalam hatiku, tunggu, aku akan balsa dendam. Akan kulampiaskan dendamku pada semuanya.

Dua bulan kejadian itu semakin menjadibiasa, seperti tidak ada laki yang mengungkitnya. AKu hanya diawasi dari jauh. Dan aku juga memang tidak mau dekat dengan laki-laki mana pun, seperti apa yang ayah dan ibu takutkan, aku tak boleh dekat dengan laki-laki manapun kecuali abangku dan adikku. Aku boleh dekat hanya dengan Peklek ku yang berusia 20 tahun dan kakinya kecil sebelah dan dia sejak kecil ikut dengan ayah dan ibuku.
Aku memiliki empat orang abang dan satu kakak serta satu adik laki-laki persis di bawahku dan satu adik perempuan paling bungsu.

Abangku palingtua bernama Mansur. Usianya 25 tahun belum menikah. Dia selalumendapat tugas menjaga delapan ekor kerbau dan harus dimandikan setiaop sore sebelum dikandangkan. Di daerah kami, kamu hampir semua masyarakatnya hanya memakan kerbau, karena sejak zaman dulu sapi tidak menjadi makanan kami. Aku mulai diperintahkan ikut Mansur ngangon dan ikut memandikan kerbau. Kami berbasah ria di sungai kecil. Aku selelu melihat abangku Mansur melirik selangkanganku, karean rohku yang tipis dan tua basah kutup. Celana dalamku membayang. Mampu kau, bisik hatiku. Aku akan menggodamu, batinku pula. Sambil menyirami kerbau, abangku bertanya, apakah waktu diperkosa itu sakit atau enak. AKu bilang sangat enak dan nimmat. Pakde juga sangat nikmat. Aku tahu, abangku ini belum pernah bersetubuh denga siapapun juga. Dengan hati-hati dia memohon, dan sangat rahasia, kalau memang enak dan nikmat, bagaimana kalau kita lakukan secar diam-diam. Dan kita menjagara rahasia ini dengan baik," bisiknya sat aku mengosok punggung kerbau. Dia juga menyenggol tetekku. Dalam hatiku, perangkapku sudah mengena. Padahal ketika itu (kutulis cerita ini, setelah enam tahun kemudian) usiaku baru 14 tahun. Aku tersenyum genit dan mengangguk.

Abangku menambatkan kerbau ke tepian sungai dan aku memintanya untuk ke semak pohon gelegah (seperti tebu) di tepi sungai yang rimbun. Begitu abangku datang, aku langsung mengelus-elus kontolnya. Kuminta dai duduk di batu pinggirsungai setelah membuka celananya. Memekku yang juga sudah berlendir, merasakan ingin juga dimasuki. Aku kangkangi Bang Mansur dan ketuntun kontolnya memasuki memekku. Aku mengoyangnya dengan cepat sembari melihat situasi di siang bolong itu. Kulepas tetekku dan kuminta dia isap-isap. Baru beberapa kali aku menggoyangnya, dia sudah orgasme. Padahal aku baru saja mulai menikmatinya. Langsung dia kumaki.
"Masih muda, tapi Pakde jauh lebih hebat," katku mengecilkan dirinya. Dia kuyu dan meminta maaf. Aku kembali bermain dengan kerbauku. Dua puluh menit kemudian kupangil lagi Bang Mansur ke gelegah dan aku elus-elus kontolnya. Kuminta dia mengisapi tetekku dan mengelus-elusnya. Setelah aku mau merasakan orgasme, kuminta dia kembali duduk di atas batu dan aku kembali mengangkanginya, langsung kumasukkan kontolnya ke memekku dan aku mengoyangnya dengan penuh konsentrasi sampai aku pun orgasme. Tak lama, Bang Mansur pun orgasme pula. Tapi dia belum tahu, kalau aku sudah orgasme lebih dulu. Kembali dia kumaki.
"Kok cepat amat sih?" kataku setengah membentak pura pura kesal. Kembali dia meminta maaf. Penggembala lainnya sudah pada menyeret kerbaunya pulang ke kandang. Kami masih menyirami kerbau kami agarbersih, agar tak dimarahi ayah. Satu persatu kerbau kami tuntun ke atas dan mengikatnya. Tingga satu lagi. Suara azan sudah terdengar, keadan sudah lengang. Kembali kuelus-elus kontol Bang Mansur dan dia tegang kembali. AKu menunggingkan tubuhku dan kuminta dia mencucuknya dari belakang. Aku merasakan nikmat luar biasa sampai aku cepat orgasme, tapi aku sembunyikan orgasmeku. Akhirnya Bang Mansur juga orgasme. Sejak saat itu, Bang Mansur kujadikan budak. Apa saja yang kusuruh dia mau melakukannya. Hinga aku hanya formalitas saja ikut menggembala, sebenarnya Bang Mansur sendirian yang bekerja, mulai dari menjaga, menyabit rumput, memandikan kerbau. Setelah semua selesai, aku memberinya hadiah ngentot sekali.

Lama-lama Bang Mansur sudah mampu menahan emosinya, hingga permainan kami sudah sama-sama menimati. Kami selalu melihat situasi dan kami selalu melakukan persetubuhan jika ada kesempatan dan luang.

Saat ke delapan krbau kami merumput, kami duduk di bawah pohon rindang. Abangku tiduran berbantalkan batu. Ada semak setinggi dengkul mengelilingi, hingga jika tidur tidak akankelihatan. Aku membuka celana dalamku dan menyelipkannya di pepohonan. Langsung kukangkangi Bang Mansur. Kurapatkan memekku ke mulutnya. Aku minta dai menjilatinya. Mulanya Bang Mansur tak setuju. Kuhadir dan kubentak dia.
"Mau enggak?" ancamku. Akhirnya dia melakukan juga. Aku menikmatinya, ketika Pakde menjilati memekku. Semua yang dilakukan Pakde aku praktekkan pada Bang Mansur. Aku merasa nikmat sekali. Kuelus kontol bang Mansur, ternyata sudah tegang. Begitu aku orgasme, kuberikan dia hadiah. Kulepas celananya dan kumasukkan kontolnya ke memekku. Aku cepat memutar pantatku dan menarik cucuk kontolnyadi dalam memekku sampai akhirnya dia muncrat.

Aku cepat ke tepi kali dan mencuci memekku dan kencing. Bang Mansur menyusulku, setelah aku siap cebok. Dia juga mencuci kontolnya dan kencing. Aku tersenyum dan Bang Mansur juga tersenyum. Kini aku yang tiduran sampai pulas, sementara bang Mansur menyabit rumput yang nanti dinaikkan ke punggung kerbau untuk dibawa pulang ke kandang. Bila telah petang Bang Mansut memandikan delapan ekor kebau plus tiga di antaranya sedang bunting di sungai, sementaraaku hanya duduk di tepi sungai mengawasinya. Aku sealu mengatakan letih dan capek, setelah bersetubuh. Aku tak mau capek. Kalau aku capek, besok atau lusa aku tak bisa bersetubuh lagi. Bang Mansur pun rela mengerjakan semuanya sendirian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar