Setiap bulan ayahku datang bergantian dengan kakaku yang tertua atau ibuku atau kakakku yang nomor dua mengantar uang belanja kami. Bila kakakku yang tertuadatang aku jelas meminta tagihan tambahan uang, demikian juga bila kakakku yang nomor dua datang. Aku bisa hidup agak lumayan. Aku membeli pakaian dan segala kebuituhanku.
Seusai belajar megerjakan PR, aku duduk nonton TV 17 Inc yang mempersembahkan lagu-lagu masa kini. Paklek duduk disampingku. Kaki kirinya yang sedikit lebih kecil karean folio, suka mengajari aku belajar. Wajahnya tampan dan bersih, karean Paklek memang seorang pembersih. Dia suka membantuku ntuk mencuci pakaianku bahkan menyetrikanya. AKu sayang padanya.
"Di sini kamu mulai senang, ya..." katanya perlahan dan lembut.
"Kenapa, Paklek..." aku kembali bertanya sembari menonton TV.
"Kalau di desa, kamu selalu tertekan dan harus melayani kakak-kakakmu," katanya lembut juga.
"Melayani bagaimana, Paklek," tanyaku dengan dada bergemuruh.
"Ya... Paklek mengetahui semuanya. Dua kakakmu selalu menyetubuhi dirimu," katanya seperti terdengar dan tidak. Berarti Paklek mengetahui semuanya, pikirku.
"Apa lagi yang Peklek tau?" tanyaku ingin tau pula.
"Yah... hanya itu," katanya. Apakah dia berbohong atau tidak. Apakah dia tahu juga aku disetubuhi oleh ayah, tapi rasanya tak mungkin. Dengan adikku? Oh...
Aku diam saja. Mataku tetap menonton TV. Aku terbayang pada ayahku, kedua kakakku dan adikku yang menyetubuhiku. Bayangan itu membuatku jadi gelisah. Apa sebenarnya aku ini, kok terbayang saja, tiba-tiba aku jadi kepingin ditiduri oleh laki-laki. Bagaimana dengan Paklek? Apakah Pakelk bisa meniduri seorang perempuan? Apakah kakinya yang kecil sebelah itu, mampu menyetubuhi perempuan? Aku jadi ingin tau. Aku pun merapatkan dudukku pada Paklek. Uh... Paklek tersenyum.
"Kamu harus percaya Paklek. Paklek tidak akan memberitahu siapa-siapa. Pakelek kasihanpadamu. Paklek akan menjagamu di sini, : katanya.
"Kalau aku butuh ditiduri, apakah Paklek kasihan juga padaku?" tanyaku memancing. Memekku sudah kemut-kemut. Paklek tak menjawab. Matanya justru tertuju ke TV. AKu meraba kontolnya dari luar celananya. Uh.. ternyata kontol Paklek sudah tegang. Dan aku yakin kontol itu sangat besar.
"Paklek, dia sudah tegang," kataku. Paklek diam saja bahkan tubuhnya terasa padaku, gemetaran. Cepat kulepaskan pakaianku dan aku telanjang bulat di hadapannya. Kusodorkan pentil tetekku untuk diisapnya. Paklek sepertinya diam. Kupaksa pentil tetekku ke celah bibirnya. Perlahan Paklek mengisapnya dengangemetaran. Bergantian pentil tetekku kusodorkan. Akhirnya Paklek mengisapnya dan mengelus-elus yang sebelah lagi. Aku membuka celananya dan semuapakaiannya. Kuseret dia memasuki kamar tidurnya yang bersih, karena dia memang pembersih. Kutelentangkan dia di atas tempat tidur dan aku menaiki tubuhnya. Kutuntun kontolnya menusuk memekku dan aku mulai menggoyangnya dari atas. Kontol itu keluar masuk dan melepaskan spermanya.
Mulai sejak uitu, kami selalu melakukan persetubuhan.
Bulan ketiga ayahku datangt mengantar uang belanja. Saat itu Paklek sedang belanja ke grosir untuka membeli kebutuah dagangannya. Langsung ayahku merenggut tubuhku ke dalam kamar dan mencumbuku. Ayah yang sudah terbiasa dan berpengalaman, memang seorang laki-laki perkasa. Dia mampu menyetubuhiku lebih dari setengah jam. AKu benar-benar selalu puas oleh perlakukan ayahku. Dari laki-laki yang mkenyetubuhiku, hanya ayah yangbenar-benar membuat aku puas dan nikmat. Sejak itu, setiap kali ayah datang ke kota membawa uang bulanan kami dan tentu saja, kalau ayah yang datang, selalu saja uang bulanan diberikan dua bahkan tiga kali lipat dari jumlah yang seharusnya. Ayah berahasia memberiku uang dan katanya aku semakin cantik selama di kota.
Ayah, abangku setiap kali datang, selalu mintajatah untuk menyetubuhiku dan aku merasa senang. Selain nikmat, aku juga dapat uang tambahan yang lumayan besar sampai aku diam-diam bisamembeli kalung mas, cincin dan sebagainya dan selalu kusembunyikan di dalam lemari pakaianku. Selain itu, tentunya Pakelk pun semakin pintar saja dan mampu memuaskan aku. Jika pikiranku buntu mengerjakan PR, aku selalu bercumbu dan bersetubuh dengan Paklek, membuat otakku jadi lancar.
Anehnya aku tidak hamil-hamil.
Setelah tujuh bulan aku di kota, ayah datang membawa uang dan menyetubuhiku. Selesai bersetubuh aku bilang pada ayah, kalau aku hamil lagi. Ayah terkejut.
"Kenapabisa hamil, nDuk?" ayah bertanya lembut.
"Tak aperlu aku jawab, Yah. Ayah pasti tau jawabannya, kenapa aku hamil." kataku. Ayah menunduk.
"Lalu bagaimana?" tanyaayah.
"Aku terpaksa menggugurkan lagi, Yah. Menggugurkan itu sangat sakit sekali, seperti mau mati rasanya," kataku. Ayah terdiam dan menunduk.
"Berapa biayanya?" tanya ayahku. Kalau masih muda bisa berkisar Rp. 3,5 juta. Tapi ini sudah masuk lebih 4 bulan yah," kataku. Ayahku terdiam. Diaberjanji secepatnya akan datang membawa uang. TIga hari kemudian ayah datang membawaku uang Rp. 5 juta. Aku pura-pura menangis. Ayah pun cepat-cepat pergi sembari berkata:" Cepat kamu gugurkan dan jaga rahasia. Jangan sampai ada yang tau." Setelahj ayah pergi, aku memaki. Dasarmau enaknya saja, bathinku. Mampus kau, bisik hatiku lagi. Kusimpan uang itu dalam bentuk perhiasan dan masuk dalam tabunganku. AKu juga sudah membeli HP. Ketika kakaku yang sulung datang, aku juga mengatakan demikian dan dia pusing. Pokoknya aku tak mau tau, harus ada dalam tiga hari, ancamku. Akhirnya dia pulang dan tepat tiga hari dia menyerahkan padaku uang Rp. 3 juta. Aku tak perduli dia dapat dari mana. Hal serupa juga berlaku pada kakaku nomor dua. Dalam waktu empat hari dia menyerahkan uang Rp. 2,7 juta. Aku tersenyum. Sementara dengan Pakelkku aku memberikan yang terbaik untuknya. Tidak tergesa-gesa.
Aku tamat SMK. Aku minta kuliah di kota. Mulanya ayah keberatan. Aku mengancam. Bagaimana ayah bisa menyetubuhiku kalau aku tak kuliah. Akhirnya ayahku setuju dan ibuku sangat bangga padaku, ada anaknya sekolah tinggi dan nanti kerja di bank. Pikirku, apa kalau kerja di bank itu punya uang banyak, walau isi bank banyak uang?
Kakaku yang nomor dua dan yang sulung jarang sekali menyetubuhiku. Mungkin sudah kapok. Kalau pun mereka menyetubuhiku, mereka sudah pakai kondom. Kurang ajar. Tapi ayahku tidak. Dia tetap menyetyubuhiku dengantelanjang tanpa kondom. Gak enak katanya. SElama SMK aku sudah minta empat kali uang mengugurkan. Selama mahasiswa semester satu sudah dua kali. Entah darimana saja uang ayah, aku juga tidak tau.
"Kalau kamu bukan anakku, nDuk, aku akan menikahi kamu." kata ayah. AKu diam saja. Ayah kulihat sudah benar-benar jatuh cinta padaku. Dalam hatiku akumemaki. Dulu dia sangat marah padaku, saat Pakde memperkosaku, kini dia yang ketagihan mau menyetubuhiku. Bahkan ada-ada saja alasannya pada ibu, utnuk ke kota agar bisa menyetubuhiku,. Dia siap mengeluarkan uang berjuta-juta untuk biaya menggugurkan, walau sebenarnya aku tidak pernah mengugurkan. Aku malah takut, bagaimana kalau aku menikah nati, apakah aku bisa punya anak atau tidak.
HBIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar