Sejak pernikahan anakku Mimi dengan suaminya Harun, aku menajdi merasa ada sesuatu dalam tubuhku. Mulanya, aku mendengar suara desahan di kamar anakku. Aku menajdi sangat bernafsu. Sudah belasan tahun aku ditinggal cerai oleh suamiku, aku sudah tak merasakan persetubuhan yang terkadangm embuat vaginaku ingin di masuki olehpenis.
Selesai sarapan esok paginya, anakku pergi bekerja. Menantuku Harun hari itu tidak bekerja, karean memulai cuti tahunannya. Katanya dia ingin melanjutkan lukisannya yang terbengkalai. Hobbynya memang melukis dan lukisan mulai terjual agak mahal.
Begitu Mimi putriku pergi bekerja, aku keluar dari kamar mandi. Kusengaja hanya memakai handuk yang melilit tubuhku, hingga jauh di atas pangkal pahaku, yang putih mulus terlihat. Aku melintas di hadapan menantuku.
"Mama... kok gak pakaian?" tanyanya.
"Kenapa sih? Kan tak ada orang lain. Hanya kamu. Lagi pula, paha mama masih mulus kok," kataku agak manja merayunya.
Harun tersenyum.
"Mulus sih..." katanya.
"Mulus sih... mulus sih... tak sudah tua, siapa yang mau lagi?" kataku pula sembari terus melintasinya. Aku memasuki kamarku dan berganti pakaian. Aku cepat keluar dengan memakai daster miniku tanpa celana dalam dan bra.
"Tadi malam aku dengar desahan Mimi. Pasti malam ini dia bahagia sekali dan tidurnya nyenyak," kataku bergenit ria.
"Mama tau ya?" katanya.
"Aku jadi malu ma," katanya.
"Kenapa musti malu? Kalau Mama kebagian, mama juga mau," kataku keceplosan. Sebenarnya, aku sudah sangat bernafsu sekali melihat Harun menentuku bertelanjang dada dengan tubuhnya yang kekar.
Harun tersenyum menggoda.
"Boleh coba Ma? Tapi Mimi tak boleh tau lho," katanya.
"Siapa juga yang mau melapor pada Mimi," kataku.
Bagaikana setan Harun berdiri dan langsung memelukku dan melumat bibirku. Aku terkejut juga. Tapi kubalas kecupannya yang buas itu. Terasa olehku, kalau kontolnya sudah menegang. Kami bepelukan dan saling memagut. Perlahan kulepas celananya hingga kontolnya berdiri tegak.
Harun melepas dasterku. AKu tau dia terkejut, karena dibalik dasterku, aku tidak memakai apa-apa. Harun pun tersenyum. Kembali kami saling memagut. Di lantai dapur, aku direbahkannya. Langsung saja Harun menyetubuhiku dengan buas dan ganas. Aku seperti tak mampu mengimbanginya. Dan terus menerus mencucuk-cabut kontolnya di dalam vaginaku. Sampai akhirnya, aku merasakan beberapa kali muncratan spermanya di dalam rahimku yang sudah sangat basah, karena aku sudah dua kali orgasme.
Kami segera membersihkan diri ke kamar mandi. Tak banyak yang kami ceritakan. seperti keadaan biasa saja. Harun kembali melanjutkan melukis di taman belakang rumah. Setelah satu jam dia melukis, aku datang mengantarkan kopi susu panas untuknya.
Saat aku meletakkan kopi susu di atas meja kecil, tiba-tiba tengkukku ditarik Harun. Bibirku dikecup dan dilumatnya. Kami berciuman dan lidah kami saling melilit.
"Nungging, Ma," pintanya. Aku dibimbingnya menungging ke sebuah meja. Saat itu dasterku disingkapnya. Dengan cepat dilorotkannya celananya dan langsung menusuk vaginaku. Begitu aku merasakan kontolnya melesit memasuki lubang vaginaku yang sangat dalam, dia mulai mengocoknya dengan cepat, tanpa henti. AKu begitu cepat dipengaruhi nafsuku, hingga akuorgasme. Tak lama, aku merasa smprotan spermanya memenuhi liang vaginaku.
Kami kembali sama-sama membersihkan diri di kemar mandi. Pantas anakku Mimi selalu saja cerita, bisik hatiku.
Siag, aku membawa nasi dan lauknya ke taman belakang rumah. Kami makan bersama di sebuah pojok rymah yang sangat artistik, juga karya Harun. Kami makan lahap sekali.
"Ma, aku sudah mau ngentotin mama lagi nih," katanya.
"Eengak puas-puasnya?" tanyaku.
"Mimi tak mampu melayaniku, Ma," katanya.
"Cepat makan dulu," kataku. Harun makan cepat-cepat, demikian juga aku. Begitu minum air hangat, Harunlangsung menarikkua dan menciumiku. Melepaskan dasterku dan mengisapi teteku. Setelah puas, dia menguakkan pahaku dan menyetubuhiku dengan buasnya. Kembali kami membersihkan diri ke kamar mandi.
Begitu selesai bersih-bersih, Harun menyeretku ke tempatnya melukis.
"Telanjang, ma" katanya. AKu menurut saja. Harun juga membuka celana pendeknya hingga kami sudah bertelanjangbulat.
"Naik kemari ma" katanya. AKu mengangkangi ke dua pahanya dan aku duduk di pangkuannya. Perlahan kumasukkan kontolnya ke lubang memekku. Setelah amblas, Haru mengambil kuas. Dia mulai melukis sementara aku tetap berada di pangkuannya dengan kontolnya amblas ke dalam memekku.
Nafasnya memburu dan tangannya terus bekerja melukis. Mungkin inspirasinya muncul saat bersetubuh denganku sembari melukis. Aku sudah tak tahan. Aku mulai menggoyang perlahan-lahan dari atas. Nafasku juga memburu. Kami terus bersetubuh dan tangan Harun terus melukis, mencampur warna-warna dan menarik garis lurus dan lengkung.
"Mama... indah sekali. Aku ingin menjadikanmu isteriku yang kedua, secara rahasia," katanya dan terus melukis. AKu tak perduli pada ucapannya dan terus menggoyangnya.
"Mama... percepat ma. Cepat ma, Tinggal satu goresan lagi," katanya sembari mencampur warna warna di kuasnya.
Lalu dibuangnya kuas itu dan Harun memelukku sembari mengigit bahuku kuat-kuat. sakit sekali. Tapi sebaliknya aku merasakan kenikmata yang luar biasa.
"Mamamama...." teriaknya.
"Aku tak tahu, apakah tetangga mendengar teriakannya itu atau tidak. AKu memeluknya dengan kuat dan kuat serta merasakan semprotan spermanya dan aku pun mengalirkan air lezat nikmatku. Kamiterkulai dan merakan kenikmata yang tiada tara. Gila !!!
Malam pukul 02.00 aku tau, Harun belum tidur sedang memekku sudah berair. Aku keluar kamar dan sengaja berdehen di depan pintu kamar mereka. Aku ke kamar mandi. Aku tak tahu kenapa aku harus ke kamar mandi. Beberapa detik, aku di kamar mandi, Haruin masuk dan langsung menutup pintu. Dia menyuruhku enunging ke bak mandi. Dari belakang dia menggenjotku dengan cepat dan kencang, sampai buah dadaku terayun-ayun. Dia peluk pinggangku dari belakangh dengan kuat.
"Aku sudah mau sampai, Ma" katanya. Lalu dipeluknya dengan kuat sekali tubuhku dan aku langsung menyemburkan lendir kenikmatanku dan beberapa detik kemudian, aku merasakan spermanya menyembur di liang mmemekku. Dengan cepat kami bersih diri dan memasuki kamar kami masing-masing. Malam itu aku tiodur dengan nyenyak.
Pintu kamarku diketuk dari luar.
"Ma, bangun sudah siang," ternyata suara Harun. Aku terbangun dan langsung ke kamar mandi sikat gigi.
Begitu aku keluar kamar mandi, di depan pintu Harun sudah berdiri dengan telanjang bulat.
"Kita ngentot ma. AKu sudah tak tahan," katanya. Siapa takut?
Kami langsung berpelukan dan melepaskan pakaian kami. Langsung kami bersetubuh di lantai depa kamar mandi.
Kami selalu bersetubu dimana saja, kapan saja. Anehnya, kami bisa sama-sma puas hanya dalam hitungan detik saja. Terkadang Mimi sedang menyapu di dari pintu depan. Belum sampai di di pintu tengah rumah kami sudah sama-sama orgasme. JIka kami sudah saling berpandangan dengan mata tajam, itu tandanya, kami sudah berada di puncak klimaks. Artintya, begitu kontol Harun memasuki liang memekku, mungkin hanya sepuluh kali cucuk cabur, aku sudah orgasme dan Harun juga orgasme. Tak perlu lama, tapi frekuensinya tak tahu berapa kali kami mampu.
Aneh memang.
Selesai sarapan esok paginya, anakku pergi bekerja. Menantuku Harun hari itu tidak bekerja, karean memulai cuti tahunannya. Katanya dia ingin melanjutkan lukisannya yang terbengkalai. Hobbynya memang melukis dan lukisan mulai terjual agak mahal.
Begitu Mimi putriku pergi bekerja, aku keluar dari kamar mandi. Kusengaja hanya memakai handuk yang melilit tubuhku, hingga jauh di atas pangkal pahaku, yang putih mulus terlihat. Aku melintas di hadapan menantuku.
"Mama... kok gak pakaian?" tanyanya.
"Kenapa sih? Kan tak ada orang lain. Hanya kamu. Lagi pula, paha mama masih mulus kok," kataku agak manja merayunya.
Harun tersenyum.
"Mulus sih..." katanya.
"Mulus sih... mulus sih... tak sudah tua, siapa yang mau lagi?" kataku pula sembari terus melintasinya. Aku memasuki kamarku dan berganti pakaian. Aku cepat keluar dengan memakai daster miniku tanpa celana dalam dan bra.
"Tadi malam aku dengar desahan Mimi. Pasti malam ini dia bahagia sekali dan tidurnya nyenyak," kataku bergenit ria.
"Mama tau ya?" katanya.
"Aku jadi malu ma," katanya.
"Kenapa musti malu? Kalau Mama kebagian, mama juga mau," kataku keceplosan. Sebenarnya, aku sudah sangat bernafsu sekali melihat Harun menentuku bertelanjang dada dengan tubuhnya yang kekar.
Harun tersenyum menggoda.
"Boleh coba Ma? Tapi Mimi tak boleh tau lho," katanya.
"Siapa juga yang mau melapor pada Mimi," kataku.
Bagaikana setan Harun berdiri dan langsung memelukku dan melumat bibirku. Aku terkejut juga. Tapi kubalas kecupannya yang buas itu. Terasa olehku, kalau kontolnya sudah menegang. Kami bepelukan dan saling memagut. Perlahan kulepas celananya hingga kontolnya berdiri tegak.
Harun melepas dasterku. AKu tau dia terkejut, karena dibalik dasterku, aku tidak memakai apa-apa. Harun pun tersenyum. Kembali kami saling memagut. Di lantai dapur, aku direbahkannya. Langsung saja Harun menyetubuhiku dengan buas dan ganas. Aku seperti tak mampu mengimbanginya. Dan terus menerus mencucuk-cabut kontolnya di dalam vaginaku. Sampai akhirnya, aku merasakan beberapa kali muncratan spermanya di dalam rahimku yang sudah sangat basah, karena aku sudah dua kali orgasme.
Kami segera membersihkan diri ke kamar mandi. Tak banyak yang kami ceritakan. seperti keadaan biasa saja. Harun kembali melanjutkan melukis di taman belakang rumah. Setelah satu jam dia melukis, aku datang mengantarkan kopi susu panas untuknya.
Saat aku meletakkan kopi susu di atas meja kecil, tiba-tiba tengkukku ditarik Harun. Bibirku dikecup dan dilumatnya. Kami berciuman dan lidah kami saling melilit.
"Nungging, Ma," pintanya. Aku dibimbingnya menungging ke sebuah meja. Saat itu dasterku disingkapnya. Dengan cepat dilorotkannya celananya dan langsung menusuk vaginaku. Begitu aku merasakan kontolnya melesit memasuki lubang vaginaku yang sangat dalam, dia mulai mengocoknya dengan cepat, tanpa henti. AKu begitu cepat dipengaruhi nafsuku, hingga akuorgasme. Tak lama, aku merasa smprotan spermanya memenuhi liang vaginaku.
Kami kembali sama-sama membersihkan diri di kemar mandi. Pantas anakku Mimi selalu saja cerita, bisik hatiku.
Siag, aku membawa nasi dan lauknya ke taman belakang rumah. Kami makan bersama di sebuah pojok rymah yang sangat artistik, juga karya Harun. Kami makan lahap sekali.
"Ma, aku sudah mau ngentotin mama lagi nih," katanya.
"Eengak puas-puasnya?" tanyaku.
"Mimi tak mampu melayaniku, Ma," katanya.
"Cepat makan dulu," kataku. Harun makan cepat-cepat, demikian juga aku. Begitu minum air hangat, Harunlangsung menarikkua dan menciumiku. Melepaskan dasterku dan mengisapi teteku. Setelah puas, dia menguakkan pahaku dan menyetubuhiku dengan buasnya. Kembali kami membersihkan diri ke kamar mandi.
Begitu selesai bersih-bersih, Harun menyeretku ke tempatnya melukis.
"Telanjang, ma" katanya. AKu menurut saja. Harun juga membuka celana pendeknya hingga kami sudah bertelanjangbulat.
"Naik kemari ma" katanya. AKu mengangkangi ke dua pahanya dan aku duduk di pangkuannya. Perlahan kumasukkan kontolnya ke lubang memekku. Setelah amblas, Haru mengambil kuas. Dia mulai melukis sementara aku tetap berada di pangkuannya dengan kontolnya amblas ke dalam memekku.
Nafasnya memburu dan tangannya terus bekerja melukis. Mungkin inspirasinya muncul saat bersetubuh denganku sembari melukis. Aku sudah tak tahan. Aku mulai menggoyang perlahan-lahan dari atas. Nafasku juga memburu. Kami terus bersetubuh dan tangan Harun terus melukis, mencampur warna-warna dan menarik garis lurus dan lengkung.
"Mama... indah sekali. Aku ingin menjadikanmu isteriku yang kedua, secara rahasia," katanya dan terus melukis. AKu tak perduli pada ucapannya dan terus menggoyangnya.
"Mama... percepat ma. Cepat ma, Tinggal satu goresan lagi," katanya sembari mencampur warna warna di kuasnya.
Lalu dibuangnya kuas itu dan Harun memelukku sembari mengigit bahuku kuat-kuat. sakit sekali. Tapi sebaliknya aku merasakan kenikmata yang luar biasa.
"Mamamama...." teriaknya.
"Aku tak tahu, apakah tetangga mendengar teriakannya itu atau tidak. AKu memeluknya dengan kuat dan kuat serta merasakan semprotan spermanya dan aku pun mengalirkan air lezat nikmatku. Kamiterkulai dan merakan kenikmata yang tiada tara. Gila !!!
Malam pukul 02.00 aku tau, Harun belum tidur sedang memekku sudah berair. Aku keluar kamar dan sengaja berdehen di depan pintu kamar mereka. Aku ke kamar mandi. Aku tak tahu kenapa aku harus ke kamar mandi. Beberapa detik, aku di kamar mandi, Haruin masuk dan langsung menutup pintu. Dia menyuruhku enunging ke bak mandi. Dari belakang dia menggenjotku dengan cepat dan kencang, sampai buah dadaku terayun-ayun. Dia peluk pinggangku dari belakangh dengan kuat.
"Aku sudah mau sampai, Ma" katanya. Lalu dipeluknya dengan kuat sekali tubuhku dan aku langsung menyemburkan lendir kenikmatanku dan beberapa detik kemudian, aku merasakan spermanya menyembur di liang mmemekku. Dengan cepat kami bersih diri dan memasuki kamar kami masing-masing. Malam itu aku tiodur dengan nyenyak.
Pintu kamarku diketuk dari luar.
"Ma, bangun sudah siang," ternyata suara Harun. Aku terbangun dan langsung ke kamar mandi sikat gigi.
Begitu aku keluar kamar mandi, di depan pintu Harun sudah berdiri dengan telanjang bulat.
"Kita ngentot ma. AKu sudah tak tahan," katanya. Siapa takut?
Kami langsung berpelukan dan melepaskan pakaian kami. Langsung kami bersetubuh di lantai depa kamar mandi.
Kami selalu bersetubu dimana saja, kapan saja. Anehnya, kami bisa sama-sma puas hanya dalam hitungan detik saja. Terkadang Mimi sedang menyapu di dari pintu depan. Belum sampai di di pintu tengah rumah kami sudah sama-sama orgasme. JIka kami sudah saling berpandangan dengan mata tajam, itu tandanya, kami sudah berada di puncak klimaks. Artintya, begitu kontol Harun memasuki liang memekku, mungkin hanya sepuluh kali cucuk cabur, aku sudah orgasme dan Harun juga orgasme. Tak perlu lama, tapi frekuensinya tak tahu berapa kali kami mampu.
Aneh memang.
I wanna fuck u as well. Contact me for the best sex ever. Email ppreeth8827@gmail to exchange our hp number.
BalasHapus