Minggu, 21 Agustus 2011

Perahu (6)

Sudah dua hari ayah pulang dari rumah sakit. Dia harusbanyak istirahat. Tidak boleh inum alkohol, kopi, merokok dan keluar malam. Makan obat harus terus diawasi dan dipaksa, jika ayah menolak. Demikian nasehat dokter.
Setelah seminggu ayah di rumah, ternyata aku dan adikku Suti, sudah tak tahan lagi. Malam ini, Suti meraba kemaluanku. Tentunya setelahmendengar ayah ngorok dan tertidur pulas. Tempat tidur kami, hanyaq dibatasi
oleh tirai kain. Aku meliriknya dan memeluknya. kami berciuman. Suti membuka kainnya dan menyodorkan teteknya padaku untuk aku hisap dan jilati. Aku melakukannya dan aku sudah tak tahan lagi. Aku pelorotkan celanaku sampai lepas dan Suti juga melepaskan kain sarungnya. Dengan cepat SUtimenaiki tubuhku dan menggoyangku dari atas. Kurangkul tengkuknya dan kubisikka padanya agar pelan-pelan. Jangan sampai ibu dan ayah mengetahuinya. Mulanya Suti mengikutinya, tapi nampaknya laranganku dilanggar lagi, sampai dia puas dan lemas.

Mulai aku membelaikkan tubuh. KIni aku sudah berada di atas tubuhnya. Perlahan kupompa tubuh Suti dan menindihnya dari atas, sembari menicumi bibirnya dan lidah kami berpautan. Aku sudah semakin memuncak dan aku juga tak mampu bergerakpelan. Kugenjot tubuh Suti dengan kuat sembari memeluknya. Saat itu, betisku dicubit. Aku melihatnya ke belakang. Oh.. ibu yang mencubit betisku. Tapi kenikmatanku sudah berada di atas da aku meneruskan memompa tubuh Suti, sampai kami sama-sama menikmati kepuasan. Lalu kami berpelukan dan memakai pakaian kami sembari tidur.

Ibu membangunkan aku dan Suti. Ibu mengajakku untuk sama turun ke laut. Sedang Suti, tiba waktunya harus ke sekolah. Aku mengangkat jaring dan memasukkannya ke dalam perahu. Baru saja kami mengkayuh perahu dan belum mencapai bibir laut, ibu bertanya kepadaku.
"Tadi malam kamu dan Suti ngapain? Dia kan adikmu. Sejak kapan kamu dan Suti melakukan itu," tanya ibu. Mulanya aku diam. Ibu terus mendesak agar aku memberikan jawaban. Ibubenar-benar marah. AKu takmampu menjawab pertanyaannya.
"Sejak kapan, tole," desak ibu.
"Sejak ibu dan ayah ke rumah sakit," jawabku menunduk sembari terus mengkayuh. Kami pun tiba di bibir pantai. Aku memasang layar. Ibu berusia 37 tahun dan gtubuhnya yang mungil, ntapi marahnya segunung. Akhirnya ibu diam saja. Aku juga diam.

Aku membuang jaring ke laut dan ibu ikut membantunya melepas jaring-jaring itu. Hari ini, memang rezeki kami sangat mujur. TIga kali kami membuang jaring, ikan-ikan demikian banyak kami tangkap. Rata-rata ukuran sedang. Saat nelayan lain sudah pada pulang, kami masih menarik jaring.
"Kita kemana?" tany ibu, sat perahu kubawa ke tepi pulau kecil.
"Mandi Bu. JUga makan. Kita makan di sini sana, lebih teduh dan enak," kataku. Perahu merapat ke pantai dan aku langsung menuju pancuran. Aku membuka seluruh pakaianku bertelanjang aku menadah air pancur yang sejuk di kepalaku. Aku tahu ibu datang dari belakang, tapi aku pura-pura tidak melihatnya. Ibu menunggu aku siap mandi. Gantia kami mandi di pancuran itu. Ibu pun mandi telanjang juga setelah di memintaku untuk berjaga-jaga. Aku mengintipnya. Tubuh ibuku, membuat aku nafsu sekali.
Selesai ibu mandi, kami makan bersama di tepi pancuran itu, sembari melihat perahu kami yang tertambat. Kontolku masih saja menegang dan aku secepatnya makan. Ibu juga mengikutinya, karea hari sudah pukul 07.00. Kami harus sampai pukul 08.00 di pantai agar pembeli ikan tidak keburu pulang.

Saat ibu mengangkat kakinya, dari celana pendek yang dipakai dan longgar, aku mengetahui ibu tidak memakai celana dalam. Aku melihatnya tadi waktu dia memakai celana. Kurangkul ibu dri belakang.
"Ada apa, Tole?" tanya ibu perlahan. Aku diam saja. Ibu bertanya kembali, karean pelukanku belum lepas. Perlahan kutarik ibu ke sebuah batu besar yang agar ceper. Langsung kupeluk ibu. Ibu meronta dan melawan. Dia sangat berang dan marah. Aku sudah tak perduli. Kusentap celananya sampai lepas dan aku juga dengan cepat melepas celanaku. Ku peluk ibuku dan kuciumi lehernya. Ibu tetap meronta dan menolakku. Tapi aku sudah berada di antara kedua kakinya dan kumasukkan kontolku ke memek ibu. Perlahan kudorong. Saat kuraba, memek ibu sudah basah dengan air kental. Cepat aku sadar, kalau ibu sudah nafsu juga. Kusorong pelan-pelan kontolku ke lubang memeknya dan secepat itu, kontolku lenyap di dalam memeknya. Aku molau memompanya,walau ibu terus menerus meronta bahkan mearik rambutku dengan kuat. Aku semakin tak perduli. Terus memeluknya, menciumi lehernya dan memompa tubuhnya dengan lebih cepat. Aku merasa jambakan tangan ibu di rambutku sudah melemah. Aku terusmemompanya dan menciumi lehernya. Sampai akhirnya aku memeluknya kuat dan menekan sekuat-kuatnya kontolku ke dalam dan melepaskan beberapa kali spermaku di dalamnya. Saat itu, aku merasakan ibuku balas memelukku, walau malu-malu. Saat aku mau mencabut kontolku, saat itulah ibu memelukku da menahan pantatku. Aku urung menarik kontolku. Yang kudengar mulut ibu mendesis-desis dan akhirnya dia melepas pelukannya.

"Kamu memang anak kurang ajar. Biadab sekali kamu," bentakibu pdaku sembari menangis.
"Sudah bu, Maafkan aku," kataku sembari memeluknya. Ibu meronta.
"Jangan!" bentak ibu. Aku membujuknya, sampai akhirnya ibu diam dan aku membimbingnya ke atas perahu.
"Jangan sampai terlang lagi!": bentak ibu. AKudiam. Kupasang tali layar dan perlahan aku mengkayuhnya. Kumintaibu duduk dekat denganku dibelakang, agar haluan perahu terangkat sedikit dan perahu kami bisa berjalan dengan cepat. Ibu mendekat. Akhirnya tubuh ibu kukepit dengan kedua kakiku. Kontolku walau dari balik celana tertempel ke punggung ibuku. Kedua tangan ibu sengajakubimbing berada di paha kiri dan kananku. Saat perahu perlahan berlayar dan laut sepi, karena semua nelayan sudah berada di tepian pantai, aku takmampu menahan kontolku yang sudah tegang dan keras. Dengan sebelah memegang kemudi, sebelah lagi tanganku kumasukkan ke kaos ibu dari atas dan aku meremas tetek ibu dengan lembut.
"Ah.. ada apa lagi..." kata Ibu meronta, sampai perahu oleh.
"Ibu diam. Kita akan terbalik nanti," kataku.
"Kamu ini bagaimana? Apa kamu tidakmengerti jangan diulangi lagi, Mengerti!" bentak ibu. Tapi aku terusmeremas tetek ibu. Bergantian. Aku sengata membawa perahu melalui sela-sela pohon bakau agar teduh dan sepi. Cepat kulorotkan celanaku dan melorotkan celana ibu.
"Aduh gusti, kamu ini....!!!" Aku tak perduli. Kuangkattubuh ibu ke atas pangkuanku, walau dia membelakangi tubuhku dan kami sama-sama menghadap ke depan. Aku tahu, ibu sudah berbulan-bulan tidak bersetubuh. Cepat kucelupkan kontolku ke lubang memek ibu.
"Akh... " kata ibu. Tapi kontolku sudah berada di dalam. Perahu terus berjalan dengan santaidalam tiupan angin yang sepoi.
"Aduh.. bagaimana ini Tole," tanya ibu padaku.
"Ibu diam saja. Kita akan cari waktu yang baik, kita ke pulau dan kita akan memuaskan diri kita dengan tenang," katraku merayu.
"Biadab kamu !" bentaknya. Suara desau angin dan ombak-ombak kecil membuat perahu bergoyang-goyang. AKu memeluk ibu dari belakang dengan sebelah tangan dan...
"Ibu... aku mau sampai. Sebentar lagi, aku akan mencabutnya. Tenanglah..." kataku.
"Dioam kamu biadab. Coba kamu cabut. Tunggudulu," bentak ibu. Aku diam dan memeluk erat tubuh ibu serta melepaskan spermaku.
"Sudah, Bu. Aku sudah sampai," kataku lirih.
"Tungu. Jangan kamu cabut dulu. Kurang ajar kamu," bentak ibu lagi. AKu diam saja. Sampai akhirnyaibumendesah dan diamencabut sendiri kiontolku yang sudahlemas. Ibu memakai kembali celananya. Aku juga. Kami terus menuju pantai. Pembeli masih ada yang menunggu kami membeli ikan. Ikan kami jual dan kami kembali ke rumah kami.
Aku segera mengangkat jaring ke bawahpohon kelapa 50 meter dari rumah dan memperbaikinya, ibu mempersiapkan makan siang untuk kami sekeluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar