Aku cepat menikah. Pada usia 16 tahun, aku sudah menikah. Aku punya dua anak, keduanya juga perempuan. Saat anakku kedua lahir dan berusia 1 tahun, suamiku meninggal dunia. AKu membesarkan kedua anakku. Lalu anakku pertama menikah pada udia 17 tahun dan langsung dibawa suaminya ke kota lain. Setelah anakku kedua menikah, waku tinggal bersamanya di rumahku, sampai kemudian mereka mampu membeli rumahnya sendiri dan kemudian dia pindah pula.
Aku sepi sekali. Rasa sepiku terobati saat anak pertamaku dan suaminya serta tiga cucuku datang menjengukku. Aku pun memohon agar Cucuku yang laki-laki tertua bernama Amran boleh tinggal bersamaku di kampung menemaniku. Semua setuju. Cucuku juga setuju. Dia kelas dua SMP dan berusia 14 tahun lebih. Aku senang sekali. Begitu mereka pulang setelah selesai mengurus surat pindah sekolahnya, aku langsung membelikan cucuku Amran sebuah sepeda BMX. Wah dia senang sekali. Aku juga membelinya tas baru, pakaian baru, sepatu baru dan perlengkapan sekolah yang serba baru.
Cucuku pun sudah mulai pintar belanja ke kota. Aku buka kedai di rumahku. Mulai dari beras, sabun dan segala kebuituhan rumah tangga. Selain itu, aku tetap menerima hasir deresan getah dan terima hasil panen padi dari sawah yang aku sewakan kepada tetangga. Aku senang sekali..Ketika aku bangun pagi, aku shalat, kemudian menyiapkan sarapan buat kami berdua. Ketika aku mau mandi, di perigi (sumur) belakang rumah, air mandiku sudah ditimba oleh Amran. Amran suka mandi telanjang, karean memang sumur kami tertutup dari pendangan orang. Dia selalu tertawa, jika aku menjentik penisnya. Dia juga senang sekali aku aku ikut memandikannya. Terkadang kami sama mandi.
Saat kami mandi sama dan sama-sama belum tersiram air, aku meilhat pada penis Amran sudah ada tumbuh bulu-bulu sedikit di pangkalnya. Aku tersenyum, ternyata cucuku sudah remaja. Tapi manjanya tak kepalang. Namanya juga cucu. Aku menyabuninya, sampai aku juga menyabuni titit-nya. Makin lama titinya mengeras dan membesar. Aku terkejut, ternyata titinya, kalau mengeras luar biasanya besarnya. Pasti lebih besar dari anak-anak sebayanya. Kebetulan Amran memang meniru ayahnya, tinggi. Kini saja dia sudah setingi diriku.
Ketika menjaga kedai, aku duduk sendiri dan termenung, karena pembeli sudah pada pulang. Paling yang datang hanya satu-satu. Aku pun terbayang pada titi Amran yang mengeras. Dalam usiaku 48 tahun, haidku masih teratur. Selalu aku kesepian dan untuk memuaskan diriku, aku hanya meraba-raba saja kelntitku sembari membayangkan suamiku. Kali ini, aku benar-benar meginginkannya. Haruskah...
Selesai mengerjakan PR sekolahnya, Aamran menaiki tempat tidur. Kami memang tidur sekamar, karean Amran begitu manja padaku. Seperti biasanya dia hanya memakau sarung. Karena aku suka terasa capek, aku selalu cepat tertidur dan kalau sudah tidur aku sangat nyenyak sekali. Tapi kali ini, aku seperti susah tidyur. Hinga wakyu Amran naik ke tempat tidur, aku masih terjaga. Amran pun tidur di sampingku. Dia masuk ke dalam selimut. Perlahan kulepas sarungku dan aku memang tidak suka pakai celana dalam kalau di rumah. Aku memeluk Amran dan tanganku kuturunkan ke bawah. Ups... saat tananku menyentuh titinya, aku merasakan titit itu sudah mengeras dan aku yakini, Amran juga tidak memakai celana dalam. Amran pun cepat memegang tanganku dan mengarahkannya ke titit-nya. Dia pikir aku sudah tertidur. Dengan dengkur halus pura-pura aku pun mengelus tititnya sampai benar-benar keras. Aku mendengar helaan nafas Amran.
"Nek..." Amran memanggilku perlahan. Apakah dia memastikan aku belum tidur, atau Amran tau kalau aku belu tidur, bisik hatiku. Dari pada berpura-pura, kenama aku tidak menyahut saja sekalian?
"Ya... sayang. Ada apa?" tanyaku setengah berbisik.
"Nenek belum tidur?"
"Belum sayang..." Amran diam. Dihelanya nafasnya. AKu buang selimut kami ke lantai. Kulepas sarungku dan kulepas pula sarung Amran.
"Naiklah ke tubuh nenek," kataku.
"Boleh nek?" Amran nampaki ragu-ragu.
"Kenapa tidak? Asal kamu tidak bercerita kepada siapapun juga," kataku perlahan. Cepat Amran menaiki tubuhku. Kelihatan dia tergesa-gesa. Maklum masih belia. Kukangkangkan kedua pahaku dan kubimbing penisnya menyelup ke dalam puki-ku. Clup...
Dengan tergesa-gesa, Amran mengucuk titi-nya dalam lubang puki-ku. Aku memeluknya. Tak lama kemudian, dia melepaskan spermanya. Sebenarnya aku kecewa, atpi aku tersenyum.
"Mulai sekarang kamu telah menjadi laki-laki dewasa dan gagah," kataku memujinya. Amran tersenyum dan berbalik ke arah dinding. Aku menyuci puki-ku ke kamar mandi. Kemudian aku tertidur pulas. Saat tertidur pulas, aku merasa dadaku sesak. Seperti ada yang menindihku. Ketika kubuka mataku, benar Amran sudah menindih tubuhku. Kini aku justru dala keadaan telanjang bulat dan Amran juga dalam keadaan bugil. Dia terus mengenjot dari atas dan aku berusaha menikmatinya. Saat aku sedang menikmatinya, Amran justru melepaskan spermaku untuk kedua kalinya. Lagi-lagi aku kecewa dan aku kembali tertidur nyenyak.
Sejak saat itu, kami selalu melakukan persetubuhan dengan berbagai gaya. Aku mengajarinya. Ada beberapa CD yang selalu kami putar. Aku selalu mengajarinya dalam semua hal. Termasuk mengajari matematika danpelejaran sekolahnya, termasuk soal sex tentunya. Aku tidak lagi memikirka membeli pakaianku, tetapi aku membeli segala kebutuhan Amran. Akhirnya kami membuat kesepakatan, kami hanya melakukannya tiga kali seminggu. Amran menyetujuinya. Tapi terkadang dia mengingkariya juga. Pernah pukul 16.00 saat pelanggan benar-benar sepi, bahkan desa juga sepi, panas sangat terik sekali, Amran datang ke kedai dan memitaku untuk menungging. Mulanya aku keberatan, karean kami ada di kedai. Tapi AMran merengek dan setengah memaksa, sampai akhirnya aku menungging. Amran segera memasukkan titi-nya dari belakang dan mengocoknya tergesa-gesa sampai dia melepaskan spermanya. Pernah juga sekali waktu aku sangat membuthhkannya. Begitu usai, makan langsung kuseret dia ke tempat tidur, megulum titit-nya sampai keras dan aku menungganginya.
Kami melakukannya di semua penjuru tempat di rumah kami. Pernah tengah malam kami melakukannya di sumur belakang rumah, saat purnama benar-benar berada di atas ubun-ubun kami. Dalam suasana itu, kami sama-sama terpuaskan. Kini Amran sudah SMU dan kami terus melakukannya. Aku terus minum jamu pengering peranakan, hinnga aku dijamin tidak akan hamil. Amran juga menyetubuhi duburku, yang diolesi minyak makan. Dia suka menjilati puki-ki dan dia juga diisapi titit-nya.
Pokoknya berbagai hal kami lakukan dan kami sama-sama berbahagia. Orang tua Amran juga senanag, sekali karena rapor yang diterimanya di sekolahcukup baik. Apalagi Amran suka berolah raga. Aku selalu terpuaskan olehnya, walau pun aku sudah boleh dikatakan satu tahun menopause. Menopouse bukan halangan untuk melakukan hubungan sex.
Oh... Cucuku. Kini usiaku sudah 57 tahun, dan cucuku sudah mau menyelesaikan kuliahnya. Setiap dua kali seminggudia pulang ke desa, selain mengambil biaya kuliahnya, juga melempiaskan kenikmatannya. Katanya dia tak pernah puas bersetubuh denganku.
Aku juga.
Cucuku pun sudah mulai pintar belanja ke kota. Aku buka kedai di rumahku. Mulai dari beras, sabun dan segala kebuituhan rumah tangga. Selain itu, aku tetap menerima hasir deresan getah dan terima hasil panen padi dari sawah yang aku sewakan kepada tetangga. Aku senang sekali..Ketika aku bangun pagi, aku shalat, kemudian menyiapkan sarapan buat kami berdua. Ketika aku mau mandi, di perigi (sumur) belakang rumah, air mandiku sudah ditimba oleh Amran. Amran suka mandi telanjang, karean memang sumur kami tertutup dari pendangan orang. Dia selalu tertawa, jika aku menjentik penisnya. Dia juga senang sekali aku aku ikut memandikannya. Terkadang kami sama mandi.
Saat kami mandi sama dan sama-sama belum tersiram air, aku meilhat pada penis Amran sudah ada tumbuh bulu-bulu sedikit di pangkalnya. Aku tersenyum, ternyata cucuku sudah remaja. Tapi manjanya tak kepalang. Namanya juga cucu. Aku menyabuninya, sampai aku juga menyabuni titit-nya. Makin lama titinya mengeras dan membesar. Aku terkejut, ternyata titinya, kalau mengeras luar biasanya besarnya. Pasti lebih besar dari anak-anak sebayanya. Kebetulan Amran memang meniru ayahnya, tinggi. Kini saja dia sudah setingi diriku.
Ketika menjaga kedai, aku duduk sendiri dan termenung, karena pembeli sudah pada pulang. Paling yang datang hanya satu-satu. Aku pun terbayang pada titi Amran yang mengeras. Dalam usiaku 48 tahun, haidku masih teratur. Selalu aku kesepian dan untuk memuaskan diriku, aku hanya meraba-raba saja kelntitku sembari membayangkan suamiku. Kali ini, aku benar-benar meginginkannya. Haruskah...
Selesai mengerjakan PR sekolahnya, Aamran menaiki tempat tidur. Kami memang tidur sekamar, karean Amran begitu manja padaku. Seperti biasanya dia hanya memakau sarung. Karena aku suka terasa capek, aku selalu cepat tertidur dan kalau sudah tidur aku sangat nyenyak sekali. Tapi kali ini, aku seperti susah tidyur. Hinga wakyu Amran naik ke tempat tidur, aku masih terjaga. Amran pun tidur di sampingku. Dia masuk ke dalam selimut. Perlahan kulepas sarungku dan aku memang tidak suka pakai celana dalam kalau di rumah. Aku memeluk Amran dan tanganku kuturunkan ke bawah. Ups... saat tananku menyentuh titinya, aku merasakan titit itu sudah mengeras dan aku yakini, Amran juga tidak memakai celana dalam. Amran pun cepat memegang tanganku dan mengarahkannya ke titit-nya. Dia pikir aku sudah tertidur. Dengan dengkur halus pura-pura aku pun mengelus tititnya sampai benar-benar keras. Aku mendengar helaan nafas Amran.
"Nek..." Amran memanggilku perlahan. Apakah dia memastikan aku belum tidur, atau Amran tau kalau aku belu tidur, bisik hatiku. Dari pada berpura-pura, kenama aku tidak menyahut saja sekalian?
"Ya... sayang. Ada apa?" tanyaku setengah berbisik.
"Nenek belum tidur?"
"Belum sayang..." Amran diam. Dihelanya nafasnya. AKu buang selimut kami ke lantai. Kulepas sarungku dan kulepas pula sarung Amran.
"Naiklah ke tubuh nenek," kataku.
"Boleh nek?" Amran nampaki ragu-ragu.
"Kenapa tidak? Asal kamu tidak bercerita kepada siapapun juga," kataku perlahan. Cepat Amran menaiki tubuhku. Kelihatan dia tergesa-gesa. Maklum masih belia. Kukangkangkan kedua pahaku dan kubimbing penisnya menyelup ke dalam puki-ku. Clup...
Dengan tergesa-gesa, Amran mengucuk titi-nya dalam lubang puki-ku. Aku memeluknya. Tak lama kemudian, dia melepaskan spermanya. Sebenarnya aku kecewa, atpi aku tersenyum.
"Mulai sekarang kamu telah menjadi laki-laki dewasa dan gagah," kataku memujinya. Amran tersenyum dan berbalik ke arah dinding. Aku menyuci puki-ku ke kamar mandi. Kemudian aku tertidur pulas. Saat tertidur pulas, aku merasa dadaku sesak. Seperti ada yang menindihku. Ketika kubuka mataku, benar Amran sudah menindih tubuhku. Kini aku justru dala keadaan telanjang bulat dan Amran juga dalam keadaan bugil. Dia terus mengenjot dari atas dan aku berusaha menikmatinya. Saat aku sedang menikmatinya, Amran justru melepaskan spermaku untuk kedua kalinya. Lagi-lagi aku kecewa dan aku kembali tertidur nyenyak.
Sejak saat itu, kami selalu melakukan persetubuhan dengan berbagai gaya. Aku mengajarinya. Ada beberapa CD yang selalu kami putar. Aku selalu mengajarinya dalam semua hal. Termasuk mengajari matematika danpelejaran sekolahnya, termasuk soal sex tentunya. Aku tidak lagi memikirka membeli pakaianku, tetapi aku membeli segala kebutuhan Amran. Akhirnya kami membuat kesepakatan, kami hanya melakukannya tiga kali seminggu. Amran menyetujuinya. Tapi terkadang dia mengingkariya juga. Pernah pukul 16.00 saat pelanggan benar-benar sepi, bahkan desa juga sepi, panas sangat terik sekali, Amran datang ke kedai dan memitaku untuk menungging. Mulanya aku keberatan, karean kami ada di kedai. Tapi AMran merengek dan setengah memaksa, sampai akhirnya aku menungging. Amran segera memasukkan titi-nya dari belakang dan mengocoknya tergesa-gesa sampai dia melepaskan spermanya. Pernah juga sekali waktu aku sangat membuthhkannya. Begitu usai, makan langsung kuseret dia ke tempat tidur, megulum titit-nya sampai keras dan aku menungganginya.
Kami melakukannya di semua penjuru tempat di rumah kami. Pernah tengah malam kami melakukannya di sumur belakang rumah, saat purnama benar-benar berada di atas ubun-ubun kami. Dalam suasana itu, kami sama-sama terpuaskan. Kini Amran sudah SMU dan kami terus melakukannya. Aku terus minum jamu pengering peranakan, hinnga aku dijamin tidak akan hamil. Amran juga menyetubuhi duburku, yang diolesi minyak makan. Dia suka menjilati puki-ki dan dia juga diisapi titit-nya.
Pokoknya berbagai hal kami lakukan dan kami sama-sama berbahagia. Orang tua Amran juga senanag, sekali karena rapor yang diterimanya di sekolahcukup baik. Apalagi Amran suka berolah raga. Aku selalu terpuaskan olehnya, walau pun aku sudah boleh dikatakan satu tahun menopause. Menopouse bukan halangan untuk melakukan hubungan sex.
Oh... Cucuku. Kini usiaku sudah 57 tahun, dan cucuku sudah mau menyelesaikan kuliahnya. Setiap dua kali seminggudia pulang ke desa, selain mengambil biaya kuliahnya, juga melempiaskan kenikmatannya. Katanya dia tak pernah puas bersetubuh denganku.
Aku juga.
Ikut Menyimak artikel anda min, klo sempet berkunjung balik ya min, Kilk artikel aku www.belasex.blogspot.com ..
BalasHapusAku Tunggu artikel anda berikutnya Ya.. #Pembaca_Setia_Blog_ANDA By: Faris Des'tavino
INFO KESEHATAN DAN KECANTIKAN
✔ Obat Pembesar Penis Vimax Asli
✔ Alat Vacum Pembesar Penis
✔ Pembesar Penis Celana Vakoou Usa
✔ Pelangsing Fruit Plant
✔ Obat Perangsang Wanita
✔ Obat Penyubur Sperma
✔ Obat Kuat Sex
✔ Obat Bius Liquid Sex
✔ Alat Pembesar Panyudara
✔ Pemerah Bibir
✔ Perontok Bulu Kaki
✔ Cream Pemutih Wajah
✔ Obat Peninggi Badan
✔ Obat Perapat Vagina
✔ Cream Pembesar Pantat
✔ Obat Penggemuk Badan
✔ Alat Bantu Sex Wanita
✔ Alat Bantu Sex Pria
Hotline : 0822 2772 6489 || 0857 1330 8883
Pin : 2B2CBB63
Mungkin Anda Mau Coba "KILIK AJA SALAH SATU"
Arhhhhhhhh..stimnye bace cite nihhh..emakkkkk..adik nk rse main cipap tembam emak laaaa..!!!!
BalasHapus